3 Srikandi Berebut Kursi Gubernur Jawa Timur

- Publisher

Kamis, 7 November 2024

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Aisyatul Fitriyah.

Aisyatul Fitriyah.

Pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024, masyarakat Jawa Timur disuguhkan dengan sebuah fenomena menarik yang semakin memperlihatkan kemajuan kesetaraan gender di Indonesia. Untuk pertama kalinya, ketiga calon gubernur yang akan bertarung dalam Pilkada Jawa Timur semuanya adalah perempuan. Ini bukan hanya sekadar angka atau simbol, tetapi sebuah bukti nyata bahwa perempuan memiliki hak yang sama untuk memimpin dan berpartisipasi aktif dalam dunia politik. Fenomena ini membuka perdebatan penting mengenai peran perempuan dalam kepemimpinan politik dan memberikan gambaran mengenai tantangan dan peluang yang dihadapi oleh para perempuan yang berambisi menjadi pemimpin di level provinsi.

Perempuan dalam Politik: Langkah Menuju Kesetaraan

Sejak lama, dunia politik Indonesia didominasi oleh laki-laki. Meskipun perempuan sudah memiliki hak suara sejak Reformasi 1998, partisipasi mereka dalam posisi kepemimpinan masih terbilang minim. Namun, lambat laun, kesadaran akan pentingnya peran perempuan dalam menentukan arah kebijakan negara semakin meningkat.

Dalam konteks Jawa Timur, tiga calon gubernur perempuan ini – yang memiliki latar belakang berbeda-beda – menunjukkan bahwa perempuan semakin dilihat sebagai pemimpin yang kredibel. Mereka datang dengan berbagai pengalaman dan track record yang solid di dunia politik dan pemerintahan. Hal ini menjadi sinyal positif bahwa masyarakat semakin menerima keberagaman dalam kepemimpinan, termasuk di posisi yang selama ini lebih didominasi oleh laki-laki.

Baca Juga  Khidmat, Perayaan Hari Jadi Pamekasan ke-494 Bernuansa Budaya Lokal

Calon Perempuan dalam Pilkada: Siapa Mereka?

Tiga calon perempuan yang bersaing dalam Pilkada Jawa Timur 2024 adalah Ibunda Luluk Nur Hamidah, Ibunda Khofifah Indar Parawansa, dan Ibunda Tri Rismaharini  yang berasal dari berbagai latar belakang politik yang berbeda. Mereka tidak hanya diakui karena kemampuannya dalam berpolitik, tetapi juga karena rekam jejak yang telah terbukti dalam berbagai sektor, seperti sosial, ekonomi, dan pendidikan. Keberagaman latar belakang ini mencerminkan bahwa pemimpin perempuan tidak terkungkung pada satu bidang saja, tetapi mampu memberikan solusi untuk berbagai aspek kehidupan masyarakat.

Salah satu yang patut diperhatikan adalah bagaimana para calon perempuan ini membawa isu-isu perempuan, anak, dan keluarga ke dalam agenda politik mereka. Mereka memahami bahwa isu-isu ini memiliki dampak langsung terhadap pembangunan sosial dan ekonomi di Jawa Timur. Peningkatan kesejahteraan perempuan, pemberdayaan ekonomi, hingga perlindungan terhadap anak dan keluarga adalah bagian dari visi mereka untuk membawa perubahan di provinsi ini.

Tantangan Perempuan dalam Politik: Menembus Stigma dan Stereotip

Namun, perjalanan para calon gubernur perempuan ini tidaklah mulus. Politik Indonesia masih dipenuhi dengan banyak tantangan, khususnya terkait stigma dan stereotip terhadap perempuan. Di banyak daerah, perempuan masih dianggap sebagai pihak yang “tidak cocok” untuk memimpin. Mereka sering kali diragukan kemampuan dan integritasnya hanya karena jenis kelamin mereka.

Baca Juga  Serukan Pilkada Damai, Ra Baqir Ajak Masyarakat Pamekasan Jaga Kesantunan

Kandidat perempuan juga menghadapi tantangan besar dalam hal sumber daya, baik dari segi finansial maupun infrastruktur politik yang mendukung mereka. Tidak jarang perempuan harus bekerja lebih keras untuk membuktikan diri mereka lebih kompeten dibandingkan calon laki-laki, yang mungkin sudah lebih dikenal atau lebih didukung oleh mesin politik yang mapan.

Di sisi lain, meskipun tantangan ini nyata, banyak pihak yang percaya bahwa Pilkada 2024 ini bisa menjadi titik balik bagi perempuan untuk lebih dihargai dan diberi ruang dalam politik. Dukungan dari masyarakat yang semakin terbuka terhadap keberagaman calon pemimpin, serta kesadaran akan pentingnya kesetaraan gender, menjadi faktor pendorong bagi para perempuan untuk terus maju dan bersaing.

Pentingnya Meningkatkan Partisipasi Perempuan dalam Kepemimpinan Politik

Kehadiran calon gubernur perempuan di Pilkada Jawa Timur 2024 seharusnya menjadi momen penting bagi seluruh masyarakat Indonesia, khususnya bagi perempuan itu sendiri. Ini adalah bukti nyata bahwa perempuan memiliki kapasitas yang sama untuk menjadi pemimpin yang baik dan bertanggung jawab. Lebih dari itu, ini juga menjadi pengingat bahwa kita harus terus berupaya untuk menciptakan sistem politik yang lebih inklusif dan adil. Meningkatkan jumlah perempuan dalam posisi kepemimpinan dapat membawa dampak positif yang signifikan, baik dalam hal kebijakan yang lebih berorientasi pada kesejahteraan keluarga, pendidikan, dan pemberdayaan perempuan, maupun dalam menciptakan lingkungan politik yang lebih egaliter. Keberagaman dalam kepemimpinan akan menciptakan dinamika yang lebih seimbang dan berkeadilan bagi seluruh lapisan masyarakat.

Baca Juga  SMP Al Falah Adakan Ta'aruf Jurnalistik dan Literasi untuk Mencetak Siswa Berprestasi

Menuju Jawa Timur yang Lebih Inklusif

Pilkada Jawa Timur 2024 adalah sebuah tonggak sejarah dalam perjuangan perempuan Indonesia untuk mendapatkan tempat yang setara dalam dunia politik. Tiga calon gubernur perempuan yang maju dalam pilkada ini bukan hanya mencerminkan kemajuan di bidang kesetaraan gender, tetapi juga menjadi inspirasi bagi perempuan di seluruh Indonesia untuk berani mengejar ambisi mereka dan menatap masa depan yang lebih cerah.

Dengan semakin terbukanya peluang bagi perempuan untuk memimpin, diharapkan nantinya akan terwujud sebuah pemerintahan yang lebih adil, transparan, dan berpihak pada semua lapisan masyarakat, tidak terkecuali perempuan. Karena pada akhirnya, pemimpin yang baik adalah pemimpin yang dapat membawa perubahan positif bagi seluruh rakyat, tanpa memandang jenis kelamin. Pilkada Jawa Timur 2024 adalah langkah kecil menuju perubahan besar.

*) Aisyatul Fitriyah, Penulis adalah Mahasiswa Teknik Informatika Universitas Trunojoyo Madura sekaligus Aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).

Berita Terkait

Mengurai Misteri Dana Hibah Jatim: Siapa Dalang di Balik Kerugian Negara?
Intelektual Organik dalam Perjuangan Sosial dan Politik di Indonesia
Konflik Palestina: Ketika Dunia Diam, Rakyat Sipil Harus Bergerak
Drama Posko Pengaduan BSPS: Topeng Kepura-puraan DPRD Sumenep di Tengah Skandal Pokir
Media Sosial dan Perubahan Paradigma Komunikasi
Daulat yang Tergadai: Menyoal Demokrasi dalam Bayang-Bayang Kekuasaan
Potret Pilkada Sumenep: Cerminan Demokrasi Madura
Problematika Gen Z dan Dampak Budaya FOMO

Berita Terkait

Senin, 19 Mei 2025 - 14:44 WIB

Mengurai Misteri Dana Hibah Jatim: Siapa Dalang di Balik Kerugian Negara?

Senin, 28 April 2025 - 00:17 WIB

Intelektual Organik dalam Perjuangan Sosial dan Politik di Indonesia

Rabu, 23 April 2025 - 04:23 WIB

Konflik Palestina: Ketika Dunia Diam, Rakyat Sipil Harus Bergerak

Senin, 21 April 2025 - 03:33 WIB

Drama Posko Pengaduan BSPS: Topeng Kepura-puraan DPRD Sumenep di Tengah Skandal Pokir

Senin, 13 Januari 2025 - 10:42 WIB

Media Sosial dan Perubahan Paradigma Komunikasi

Berita Terbaru