Konflik Palestina: Ketika Dunia Diam, Rakyat Sipil Harus Bergerak

- Publisher

Rabu, 23 April 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Moh. Nurisul Anwar, Ketua DPP FKMSB Periode 2025-2027

Moh. Nurisul Anwar, Ketua DPP FKMSB Periode 2025-2027

Opini, SuaraNetSejak pembentukan negara Israel pada 1948 oleh keputusan Perserikatan Bangsa-Bangsa, sebagian besar orang Arab yang pernah tinggal atau menduduki wilayah Palestina dan juga mereka yang berada di negara-negara tetangga menganggap keputusan tersebut tidak adil. Penolakan terhadap keberadaan Israel pun meluas di dunia Arab, dan konflik Israel–Palestina resmi dimulai.

Sejak saat itu, perang demi perang terus terjadi dan konflik tidak juga kunjung padam. Bertahun-tahun dunia menyaksikan penderitaan rakyat Palestina yang terus dikepung oleh militer, blokade ekonomi, dan krisis kemanusiaan yang tak pernah kunjung usai. Setiap kali membuka data korban gerakan Zionis terhadap Palestina, maka kita akan menemukan korban yang banyak dari kalangan sipil, mulai dari anak-anak, perempuan, hingga lansia yang tak pernah berdosa atas konflik ini. Rumah hancur, sekolah luluh lantak, rumah sakit tak lagi aman, dan kehidupan sehari-hari menjadi perjuangan hanya untuk bertahan hidup.

Sayangnya, masih banyak yang salah pikir atas apa yang terjadi. Banyak yang melihat konflik ini hanya sebatas isu agama, seolah-olah ini hanya pertikaian antara dua keyakinan. Padahal, yang terjadi jauh lebih kompleks. Ini adalah bentuk penjajahan modern, pelanggaran hak asasi manusia, dan permainan geopolitik global. Palestina menjadi ajang tarik-menarik kepentingan negara-negara besar, sementara rakyat terjebak dalam ketidakberdayaan yang berkepanjangan.

Baca Juga  Peran Krusial Bendahara dalam Kesuksesan Organisasi

Indonesia, sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, sebenarnya memiliki hubungan emosional, ideologis, dan historis yang kuat dengan perjuangan rakyat Palestina. Lebih dari itu, UUD 1945 secara tegas menyatakan bahwa penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, dan hal ini menjadi landasan moral bagi Indonesia untuk terus mendukung kemerdekaan Palestina. Di tengah keterbatasan diplomatik, masyarakat sipil Indonesia memiliki potensi besar untuk memainkan peran aktif dalam memberikan dukungan, membangun kesadaran global, dan mendorong aksi nyata bagi kemanusiaan di Palestina.

Mengapa kita perlu peduli?

Perang Palestina bukanlah masalah yang hanya menjadi urusan individu yang tinggal di sana atau negara-negara besar yang berkepentingan langsung. Ini adalah masalah kemanusiaan yang menjadi urusan setiap manusia di bumi kehidupan ini. Ketika setengah juta warga sipil menjadi korban perang yang tak pernah berakhir, sudah menjadi tanggung jawab kita semua untuk menjadi bagian dari upaya mengakhiri penderitaan mereka. Masyarakat sipil Indonesia, dengan kekuatan dan kesadaran akan suara mereka, dapat mengambil peran strategis yang sangat krusial.

Baca Juga  Sajak-Sajak Mohammad Latif

Pertama, kita perlu memahami bahwa solidaritas bukanlah sekadar bicara tentang kemanusiaan, tetapi melakukan sesuatu yang konkret. Masyarakat internasional mungkin sudah lelah menyaksikan konflik ini dan memiliki terlalu banyak kepentingan yang saling bertentangan. Namun kita, masyarakat sipil, dapat melakukan sesuatu yang lebih cepat dan lebih konkret. Melalui pelaksanaan kampanye sosial, penggalangan dana, peningkatan kesadaran masyarakat tentang isu Palestina, dan pemasaran produk-produk yang terkait dengan Palestina, kita dapat membuat suara kita terdengar lebih lantang di masyarakat internasional.

Kedua, karena letak Indonesia yang strategis, kita dapat memberikan pengaruh yang luar biasa. Indonesia adalah negara Muslim terbesar di dunia, dan selain itu, kita memiliki hubungan diplomatik yang baik dengan sebagian besar negara, termasuk negara-negara Arab dan negara-negara besar. Dengan strategi diplomasi rakyat dan jaringan internasional, Indonesia dapat membentuk konsensus yang kuat untuk menuntut diakhirinya kekerasan dan perdamaian yang lebih adil bagi Palestina.

Namun, terlepas dari semua ini, kita butuh lebih dari sekadar kata-kata. Kita butuh tindakan. Masyarakat sipil Indonesia harus menyadari bahwa setiap dari kita, betapa pun kecilnya, memberikan kontribusi yang signifikan. Dengan mengumpulkan dana untuk bantuan kemanusiaan, dengan mendidik masyarakat tentang sejarah Palestina, dan dengan menjadi bagian dari gerakan dunia untuk mencabut blokade dan pendudukan, kita sedang bergerak menuju perubahan yang nyata.

Baca Juga  Puisi-puisi Aqil Husein Almanuri; Manuskrip Pesisir Sumenep

Tidak hanya itu, Indonesia juga dapat memberikan contoh kepada negara lain tentang bagaimana masyarakat sipil dapat memainkan peran yang lebih besar dalam konflik internasional. Melalui solidaritas sejati dan peningkatan pendidikan, kita dapat menciptakan opini publik internasional yang mendorong negara-negara besar untuk memiliki posisi yang lebih kuat terhadap kebijakan Israel.

Ketika dunia sedang tertidur, kita tidak bisa tidur. Ketika isu geopolitik menjadi pusat perhatian dalam agenda internasional, kita harus memastikan bahwa suara bangsa Palestina tidak hilang. Masyarakat sipil Indonesia, dengan kekuatan dan kemampuannya, memiliki misi yang sangat penting untuk mendukung Palestina. Solidaritas kita bukan hanya dukungan moral, tetapi juga kontribusi nyata dalam menciptakan perubahan. Dunia mungkin menolak untuk bertindak, tetapi kita sebagai masyarakat sipil mampu memotivasi dunia untuk melakukan perubahan yang lebih baik. Palestina tidak hanya membutuhkan simpati, tetapi yang terpenting, dukungan yang terus-menerus dan sadar dari seluruh umat manusia.

Sudah saatnya kita melakukan sesuatu sekarang. Palestina membutuhkan kita, dan kita dapat menciptakan perubahan.

Editor : Musdalifah

Berita Terkait

Intelektual Organik dalam Perjuangan Sosial dan Politik di Indonesia
Drama Posko Pengaduan BSPS: Topeng Kepura-puraan DPRD Sumenep di Tengah Skandal Pokir
Media Sosial dan Perubahan Paradigma Komunikasi
Daulat yang Tergadai: Menyoal Demokrasi dalam Bayang-Bayang Kekuasaan
Potret Pilkada Sumenep: Cerminan Demokrasi Madura
Problematika Gen Z dan Dampak Budaya FOMO
Mental Health, Hustle Culture, dan Cara Gen Z Bertahan
Menangkal Overclaim: Peran Edukasi dalam Meningkatkan Kecerdasan Konsumen

Berita Terkait

Senin, 28 April 2025 - 00:17 WIB

Intelektual Organik dalam Perjuangan Sosial dan Politik di Indonesia

Rabu, 23 April 2025 - 04:23 WIB

Konflik Palestina: Ketika Dunia Diam, Rakyat Sipil Harus Bergerak

Senin, 21 April 2025 - 03:33 WIB

Drama Posko Pengaduan BSPS: Topeng Kepura-puraan DPRD Sumenep di Tengah Skandal Pokir

Senin, 13 Januari 2025 - 10:42 WIB

Media Sosial dan Perubahan Paradigma Komunikasi

Rabu, 8 Januari 2025 - 19:47 WIB

Daulat yang Tergadai: Menyoal Demokrasi dalam Bayang-Bayang Kekuasaan

Berita Terbaru

Berita

Aksi Jaka Jatim Besok: Bongkar Praktik Kotor Bank Papua

Selasa, 13 Mei 2025 - 10:30 WIB