Dalam dua dekade terakhir, dunia mengalami perkembangan yang sangat cepat. Perkembangan teknologi menjadi fenomena global yang banyak mengubah kebiasaan manusia, termasuk cara berinteraksi sosial yang kini semakin dikendalikan oleh kemajuan teknologi berupa media sosial. Media sosial layaknya hipnotis modern yang memiliki kontrol penuh terhadap hubungan sosial masyarakat.
Saat ini, platform media sosial seperti WhatsApp, Instagram, TikTok, Twitter, dan Facebook tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi jarak jauh, tetapi juga menggeser kebiasaan komunikasi masyarakat. Memang, adanya media sosial tersebut banyak membantu dalam memudahkan komunikasi masyarakat yang terbatas oleh jarak dan waktu. Namun, kemudahan ini juga menimbulkan beberapa tantangan baru dalam kehidupan sosial. Komunikasi yang awalnya berbasis tatap muka kini bergeser menjadi interaksi digital.
Komunikasi digital memang membantu masyarakat dalam bertukar kabar dan informasi tanpa batasan waktu dan tempat. Namun, komunikasi ini cenderung kurang efektif karena penyampaian pesan sering kali tidak sesuai dengan yang diinginkan. Hal ini menimbulkan kesalahpahaman, di mana maksud dan tujuan dari pesan yang dikirimkan oleh pengirim berbeda dengan yang diterima oleh penerima. Selain itu, komunikasi digital juga memiliki kekurangan dalam menunjukkan emosi seseorang dan menumbuhkan kehangatan dalam berinteraksi.
Selain itu, media sosial juga mendorong masyarakat untuk berkomunikasi secara instan. Hal ini mengakibatkan hubungan sosial tidak terbentuk secara maksimal. Hubungan sosial masyarakat cenderung terbentuk atas dasar kebutuhan semata, sehingga rasa empati, kepedulian, dan kebersamaan yang seharusnya diperoleh dari bersosialisasi sering kali tidak dirasakan. Komunikasi yang dilakukan secara digital juga dapat mengakibatkan keretakan sosial dan ketidakharmonisan antarindividu.
Lebih dari itu, media sosial telah menciptakan budaya komunikasi baru dan memengaruhi pola pikir masyarakat dalam menjalani kehidupan. Saat ini, media sosial seakan mendorong masyarakat kepada budaya pamer dan validasi sosial. Banyak orang yang menjadikan media sosial sebagai tempat untuk menunjukkan pencapaian dengan tujuan mendapatkan pengakuan dari orang lain, sehingga komunikasi yang dihasilkan terkesan lebih fokus pada pencitraan pribadi.
Lebih naasnya lagi, kita sering menemukan bahwa media sosial dijadikan tempat perdebatan tidak sehat, ujaran kebencian, bullying, dan penipuan. Hal ini menimbulkan pertanyaan publik: apakah media sosial benar-benar berdampak positif dalam hubungan sosial masyarakat, atau bahkan sebaliknya? Media sosial yang awalnya banyak memberikan manfaat dalam membantu masyarakat berkomunikasi kini malah menyajikan tantangan besar dalam hubungan sosial.
Kemajuan media sosial di zaman sekarang memang memiliki kelebihan dan kekurangan. Media sosial telah mengubah cara komunikasi masyarakat. Namun, meskipun demikian, bukan berarti kita harus berhenti menggunakan dan memanfaatkan kemajuan tersebut. Penting bagi kita untuk menyadari bahwa kelebihan dan kekurangan yang ada perlu disimbangkan. Kita dapat melakukan ini dengan menggunakan teknologi secara bijak, mulai dari mengatur waktu penggunaan media sosial, menjaga komunikasi langsung, meningkatkan literasi digital, dan memaksimalkan pemanfaatan alat komunikasi. Dengan demikian, kita dapat memanfaatkan kemudahan yang ditawarkan oleh media sosial tanpa mengurangi dan menghilangkan nilai-nilai esensial dalam hubungan manusia.
*) Penulis adalah Akmalul Umam, pengurus LPM Activita IAIN Madura.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi SuaraNet.id