Nilai daya tarik seorang perempuan bisa sangat bervariasi, tergantung pada budaya, preferensi individu, dan konteks sosial. Setiap perempuan memiliki ciri khas tersendiri. Ada yang mengatakan bahwa kecantikan perempuan bersifat relatif, sementara yang lain menyebutkan bahwa standar kecantikan perempuan adalah mereka yang memiliki tubuh langsing, kulit putih, tinggi, dan kecerdasan. Namun, apakah cukup jika kecantikan perempuan didefinisikan hanya dengan cara demikian? Bagaimana konstruksi budaya laki-laki terhadap kecantikan perempuan itu sendiri?
Standar kecantikan merupakan konsep yang berkembang seiring waktu dan bervariasi antara budaya, masyarakat, dan periode sejarah. Meskipun sering dianggap sebagai ukuran subjektif dan pribadi, standar kecantikan juga merupakan refleksi dari nilai-nilai sosial dan budaya yang lebih luas. Setiap tempat, daerah, atau negara memiliki standar kecantikan perempuan yang berbeda. Misalnya, di Indonesia, masyarakat urban seringkali menganggap kulit putih sebagai simbol kecantikan. Namun, di berbagai daerah, seperti Madura, kecantikan perempuan lebih terkait dengan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki, seperti bertani atau melakukan pekerjaan fisik lainnya.
Dalam konteks budaya Madura, kecantikan perempuan sering kali dikaitkan dengan sejumlah atribut tradisional yang mencerminkan nilai-nilai sosial dan budaya yang dipegang teguh oleh laki-laki Madura. Pandangan tentang kecantikan perempuan dalam masyarakat Madura, seperti halnya di banyak budaya tradisional, sangat dipengaruhi oleh norma-norma dan nilai-nilai yang dikonstruksi oleh laki-laki. Perempuan Madura memiliki ciri khas kecantikannya tersendiri; sebagian kecantikan perempuan Madura mengikuti standar kecantikan yang didefinisikan oleh laki-laki.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Standar kecantikan perempuan di Madura sering kali melibatkan penampilan fisik yang sesuai dengan harapan sosial. Kesederhanaan, baik dalam pakaian maupun perilaku, dipandang sebagai bagian penting dari kecantikan. Misalnya, pemilihan pakaian tradisional yang sopan dan riasan yang tidak berlebihan dianggap lebih sesuai dengan nilai-nilai kesederhanaan yang dihargai dalam masyarakat Madura. Dalam konteks budaya atau adat, seperti dalam upacara pernikahan, perempuan Madura akan memoles dirinya sebaik mungkin, seperti memakai pakaian yang paling bagus dan perhiasan sebanyak yang mereka miliki. Dalam budaya Madura, semakin banyak perhiasan yang dipakai, semakin menjadi nilai tambah tersendiri terhadap kecantikan perempuan.
Kecantikan perempuan sering kali diukur berdasarkan sejauh mana mereka mengikuti norma sosial dan adat istiadat yang berlaku. Kepatuhan terhadap tata krama, sopan santun, dan peran tradisional dalam keluarga adalah aspek penting dari kecantikan dalam pandangan laki-laki Madura.
Dalam masyarakat Madura, kecantikan perempuan juga erat kaitannya dengan peran dan status sosial mereka. Laki-laki Madura mungkin menilai kecantikan perempuan berdasarkan bagaimana mereka menjalankan peran mereka dalam keluarga dan masyarakat. Perempuan yang dapat menjalankan peran tradisional sebagai ibu dan istri dengan baik, serta mendukung kesejahteraan keluarga, dianggap cantik. Kecantikan di sini juga berkaitan dengan kemampuan untuk menjaga keharmonisan dan kebahagiaan dalam rumah tangga. Kemampuan perempuan dalam mengelola rumah tangga, termasuk keterampilan dalam memasak, mengurus anak, dan beradaptasi dengan kebutuhan keluarga, sering dianggap sebagai bagian dari kecantikan mereka.
Kecantikan perempuan dalam konstruksi budaya laki-laki Madura mencakup berbagai dimensi, dari penampilan fisik dan kepatuhan terhadap norma sosial hingga peran dalam keluarga dan masyarakat. Meskipun pandangan ini dipengaruhi oleh nilai-nilai tradisional, pengaruh modernisasi juga mulai mengubah persepsi tentang kecantikan. Memahami pandangan ini membantu kita menghargai bagaimana kecantikan dipandang dan dihargai dalam konteks budaya yang berbeda. Namun, apakah benar perempuan Madura sering mengikuti standar kecantikan yang diinginkan oleh seorang laki-laki? Bukankah perempuan memiliki hak tersendiri terhadap tubuh yang mereka miliki?
*) Nurul Aini adalah mahasiswa Universitas Madura, bergiat di Sivitas Kotheka dan Sejumlah organisasi kemahasiswaan.