SUARANET—Puluhan perempuan dari komunitas Wanita Peduli Silowo (Wadusil) beserta Wanita Peduli Lingkungan Wringinanom asal Gresik melakukan sosialisasi dan edukasi tentang pengelolaan sampah dan pengendalian sampah plastik untuk melindungi kawasan wisata di wilayah Desa Mandirejo Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban, Jawa Timur, Minggu 9 Oktober 2022.
Kegiatan ini diinisiasi Pemerintah Desa Mandirejo untuk memberikan pemahaman pengelolaan sampah di kawasan wisata.
Supriadi, Kepala Desa Mandirejo mengatakan, peran perempuan sangat diperlukan perempuan dalam mendukung kawasan wisata yang berkelanjutan. Salah satunya dalam hal pengendalian sampah di kawasan wisata tersebut.
“Peran perempuan sangat dibutuhkan dalam hal menjadikan wisata yang ramah lingkungan. Termasuk soal pengendalian sampah plastik,” katanya.
Dita Fauzi anggota komunitas Wadusil mengatakan, selain bergiat untuk pengelolaan sampah, perempuan yang tergabung dalam Wadusil juga menciptakan produk dari hasil sumber daya alam di sekitar lokasi di Silowo. Seperti aneka olahan dari sagu yang bisa menjadi beberapa makanan; pentol sagu, bubur sagu, gandos dan kerupuk sagu.
“Hal ini dilakukan untuk membantu dalam segi perekonomian warga ketika olahan tersebut menjadi oleh dan di jual ke pengunjung wisata,” jelasnya.
Direktur Eksekutif Ecoton, Daru Setyorini menjelaskan tentang kondisi lingkungan yang saat ini tercemar oleh sampah dan plastik. Menurutnya, sungai-sungai sudah banyak yang terkontaminasi mikroplastik.
“Sungai kita penuh dengan plastik dan membebani lingkungan kita. Pelayanan untuk persampahan hanya mencakup 30%. Jadi masyarakat membuang sampah ke sungai atau dibakar dekat sungai. Sehingga nantinya akan terbawa arus dan bermuara ke laut sehingga akan mencemari pesisir pantai dan melilit mangrove,” ujarnya.
Dia menegaskan, hal itu menyebabkan generasi penerus tidak dapat menikmati pantai yang bersih. Dampaknya adalah generasi berikutnya yang akan menanggung akibatnya, karena tidak bisa menikmati sungai yang bersih. Daru bilang, generasi selanjutnya bisa jadi tidak akan melihat banyaknya ikan-ikan di perairan.
Salah satu contohnya, lanjut Daru, tas kresek biasanya hanya pakai tidak lebih dari 5 menit lalu dibuang begitu saja. Tapi dampaknya ratusan tahun, karena plastik tidak bisa terurai dalam waktu yang singkat oleh alam.
Menurutnya, saat ini plastik sudah mencemari perairan, baik di pedesaan maupun perkotaan.
“Hasil penelitian yang kami temukan adalah ikan dan air setelah diteliti ikan tersebut mengkonsumsi plastik dan mereka akan mengalami kekenyangan palsu yang menyebabkan ikan tidak lagi mampu mengkonsumsi makanan lain karena di dalam tubuh ikan terdapat banyak plastik,” ungkapnya.
Pembakaran sampah plastik, katanya, akan menghasilkan senyawa beracun yang bernama Dioksin penyebab Kanker. Plastik juga menyebabkan gangguan sistem hormon pada manusia yang mengakibatkan menopause dini. Senyawa phalate terdapat di dalam plastik yang akan mengganggu sistem dan organ reproduksi manusia.
Daru menyarankan, untuk berupaya hidup pola ramah yang ramah lingkungan. Salah satu caranya, dengan mengurangi penggunaan plastik. Karena plastik dapat mencemari lingkungan.
“Solusi yang bisa kita lakukan adalah mengurangi pemakaian plastik sekali pakai dalam aktivitas sehari hari, seperti membawa tas belanja guna ulang atau tas keranjang, membawa tumbler dan tidak memakai sedotan sekali pakai,” jelas Daru.
Christa Nooy Konsultan dari Makara Belanda menyampaikan pengalamanya di Negara Belanda bahwa setiap toko sudah tidak menyediakan plastik. Toko tersebut juga akan memberikan potongan harga untuk pengunjung yang membawa tempat dari rumah, disana banyak toko refil sehingga jika kita belanja sesuatu, kita tidak membeli kemasannya tetapi hanya bahan atau isinya saja.
“Saya pikir, ini adalah kegiatan yang sangat bagus yang dilakukan oleh Ecoton dan didukung pemerintah desa. Bagaimana mereka melakukan edukasi dan sosialisasi kepada perempuan. Kegiatan kolaborasi ini harus diterapkan oleh pemerintah karena untuk melakukan pemulihan lingkungan kita tidak bisa melakukannya sendiri, butuh kolaborasi dengan banyak lembaga. Seperti pemerintahan, pemerhati lingkungan dan masyarakat,” pungkasnya.