GRESIK, SUARANET-Setelah Nobar film Pulau Plastik sebagai edukasi dan penguatan kecintaan pada lingkungan, pada Sabtu (26/11/2022) lalu, warga Sidokumpul Barat (Siba) mendeklarasikan tempat tinggalnya menjadi Kampung Zero Waste pada Minggu, 27 November 2022.
Deklarasi itu, didukung oleh pihak pemerintah setempat dan dihadiri oleh Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Gresik, Sekretaris Daerah, Pemerintah Kecamatan Gresik dan Lurah, Pattiro,Relawan Eco Enzym Indonesia (REEI) Gresik, dan beberapa instansi swasta.
Ketua RT.02 RW.05 kampung Saifudin Efendi merasa bangga jika kampungnya dijadikan ikon baru di gresik sebagai kampung bebas sampah Zero Waste Cities.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
‘’Tentu saya bersama warga bangga jika kampung kami akhirnya dilaunching menjadi kampung bebas sampah atau Zero Waste Cities. Saya menyadari bahwa ini semua tidak terlepas dari bantuan dari berbagai pihak seperti pemerintah, organisasi masyarakat dan swasta, oleh karena itu saya mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak,”
Dia menegaskan, pihak pemerintah setempat dan masyarakat akan berupaya konsisten dalam pengelolaan sampah di kawasan secara mandiri.
‘’Setelah launching kampung Zero Waste Cities ini, saya berharap masyarakat bisa terus semangat memilah sampah dan mengelolah secara mandiri sampah rumah tangga mereka, ’’ ujarnya..
Setelah sambutan, dilaksanakan penyematan id card kepada Tim Penyuluh Kampung Zero Waste Cities. Tim penyuluh berperan penting sebagai tim edukasi yang selalu mendampingi masyarakat Sidokumpul Barat dalam pengelolaan sampah di kawasan. Dan acara ditutup dengan peletakan simbolis Paralon Biopori Kompos.
Acara ini dibuka dengan tarian dan puisi dari kelompok pendidikan anak. Dilanjutkan dengan sambutan dari berbagai pihak yang dari awal sudah mendukung kampung bebas sampah Zero Waste Cities ini.
Daru Setyorini Direktur Eksekutif Ecological Observation and Wetland Conservation (ECOTON) menyampaikan, saat ini, Gresik darurat sampah terutama sampah plastik. Dia menyebut bahwa konsumsi plastik berlebih dan cara pengelolaan sampah yang masih belum benar menyebabkan tempat pembuangan akhir atau TPA di Ngipik, Gresik penuh.
‘’Gresik ini sudah darurat sampah plastik oleh karena itu mari kita mulai mengurangi penggunaan plastik sekali pakai dan mulai berkontribusi untuk memilah sampah dari rumah, karena dengan pemilahan dari rumah produksi sampah bisa dikurangi,” katanya.
Dia bilang, bahwa TPA bisa berkurang jika ada pengelolaan organic dari sumber. Menurutnya, 60 persen sampah di Indonesia ini adalah sampah organik. “Maka ini yang perlu diolah sejak dari sumber sejak dari rumah bukan dibawa ke TPA. Jika semua orang bisa memilah sampah dan mengelolah maka timbulan sampah di kawasan Gresik bisa berkurang dan ini harus dimasifkan,” tegasnya.
Dikesempatan yang sama, Sekretaris Daerah Achmad Washil Miftahul Rachman mengungkapkan, edukasi soa minim sampah memang harus dimulai dari lingkungan terkecil, seperti keluarga dan lingkungan sekitar untuk mengurangi plastik.
‘’Saya setuju jika edukasi pengelolaan sampah dan pengurangan plastik sekali pakai dimulai dari lingkungan keluarga sehingga setiap orang individu mempunyai kesadaran dalam mengurangi dan mengolah sampah mereka sejak dari rumah, dan saya bangga akhirnya di Gresik sudah mempunyai salah satu contoh kampung bebas sampah Zero Waste Cities,” jelasnya.
PLT Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Gresik, Sri Subaidah mengingatkan, bahwa Kabupaten Gresik sudah punya Peraturan Daerah (PERDA) Gresik No 3 Tahun 2021 tentang Pengurangan Penggunaan Plastik Sekali dan ini lazim dilaksanakan.
‘’Kita tahu bahwa produksi sampah plastik kita kian hari kian meningkat, namun perlu diingat bahwa gresik sudah punya regulasi berupa Gresik No 3 Tahun 2021 tentang Pengurangan Penggunaan Plastik Sekali yang harapannya bisa mengontrol masyarakat konsumsi plastik sekali pakai,” katanya.