Sajak-Sajak Mohammad Latif

- Publisher

Selasa, 7 September 2021

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy


Pekarangan

Di hamparan batu-batu tubuhku tandas

Setiap kepergian dan kepulangan menyimpan rahasianya sendiri

ADVERTISEMENT

IMG 5702

SCROLL TO RESUME CONTENT

Kepala dipenuhi kegilaan saban waktu

Setiap ingatan terurai berbenih kenang

Sedang tanah berganti kelamin

Tak menumbuhkan apa-apa

Termasuk juga cinta.

Pamekasan, 2021.

 

Suatu waktu

Suatu waktu ingin kusinggahi lagi suaramu

Agar tak selalu kebingungan mencari jalan

Dan membuat hidup semakin bimbang

Ingatanku terhirup angin malam

Ia terkapar di selaksa ruang rumit

Dimana segala kejanggalan menjadi Satu; kau dan aku terjebak di situ.

Berapa jarak antara kehidupan dan kematian

“satu kedipan mata” katamu.

kita sama-sama mencari sesuatu yang hilang

dari waktu, tubuh, dan hari-hari kita yang lain

lalu apa lagi,

seluruh gerak atas izinnya

bahkan degub senyum dari dadamu

yang meretakkan seluruh ingatan dalam kepalaku itu; pun juga.

Kuhirup wangi samsara di sini

Dari purwa jalan-jalan yang menuju pada entah

Di gemuruh dadaku,

Ada yang mengganjil

Tapi aku tak mengerti

Apakah ini cinta

Baca Juga  Menemukan Makna di Balik Mahasiswa yang Menunda Lulus Hingga 14 Semester

Atau air mata.

Pamekasan 2021

 

Di Sudut Cafe

Tidakkah kau menyadari kekasih

Orang-orang sedang sibuk mengungsikan mata dan telinganya

Sedang kita saling bertukar cerita

Tentang luka-luka masa lalu.

Di sudut ini hanya kita berdua

Tak ada kopi ataupun teh

Hanya meja yang berantakan

puntung rokok, tembakau

Juga pisang keju yang kau bawa

Dengan itu kekasih,

Aku terus teringat akan jalan panjang yang dihunus dalam puisi

serta sejarah yang dicatat dari runcing jarimu.

Di sudut cafe ini tidakkah kau sadari

Gagap mataku yang terus menuju

(padamu).

Pamekasan, 2021.

 

Insomnia

Mengingatmu adalah perkelahian panjang dan rumit

Sebab pada riak matamu yang tajam itu

Setiap lelaki berebut pusaka.

Suatu waktu

Kau berdesakan dalam mimpiku

Di bawah sadar, di bawah igau

Setiap tanya hanya menemui tanya yang lain.

Sedang di sini,

Segala harap diremuk malam diganyang sakit.

Pamekasan, 2021.


Komposisi Pagi

Pagi adalah renyuh kopi

Juga kepul asap yang beringsut

Dari sisa bakar ranting dan daun di halaman.

Baca Juga  Kecantikan Perempuan dalam Konstruksi Budaya Laki-laki Madura

Pagi adalah ibu yang menyapu peluh ayah

Hasrat yang cemas

Pada cekcok kecil yang romantis.

Pagi adalah aku

Bentuk lain dari segala pikir

Yang perlu dikuduskan.

Pamekasan, 2021.


Lakon hujan

Di puncak musim hujan yang pucat

Kau dan aku kembali menghembus nyala

Menyemai dingin di kening.

Di pundak para kekasih

Rindu yang kalap kembali ternganga.

Tak ada mimpi yang benar-benar tidur

Saat ia menghitung kenang di langit-langit kamar.

Rindu memukul keras kepalaku

Mencari ia yang menggaib

Ingatan yang purba

Sebuah kecupan yang terlipat di tepi ranjang

Tangisan sendu juga guratan batin yang menidurkan mimpi buruk.

Hari-hariku jadi dingin

Seperti malam yang lekat di bibirmu.

Pamekasan, 2020.


Sesudah Tanah Basah

Selalu ada sebab pada tiap tanah yang basah

Setiap harumnya selalu mencatat kenang

Tak terkecuali luka-luka yang lebur di desah hujan.

Pada takdir kami diam

Tapi selalu bertanya-tanya

Apakah waktu bisa dilipat dan segala kenangan

bisa dilupakan dengan cuma-cuma.

tapi kami selalu menyeka setiap ucapan

Baca Juga  3 Srikandi Berebut Kursi Gubernur Jawa Timur

membuka jalan sendiri

membersihkan dan merawatnya sebagai harapan

sebagai ramalan di hari depan.

selalu ada sebab pada setiap tanah yang basah

setiap beceknya selalu menyimpan rahasia

tak terkecuali luka-luka yang tercecer di sepanjang jalan.

(jalan pulang antara kelahiran dan kematian).

Sumenep, 2021.

Print Friendly, PDF & Email

Berita Terkait

Keranjang Belanja yang Berlubang, Mengapa Data Kita Mudah Bocor di E-commerce?
3 Srikandi Berebut Kursi Gubernur Jawa Timur
Tuhan di Era Logika: Apakah Kita Masih Butuh Bukti?
Kecantikan Perempuan dalam Konstruksi Budaya Laki-laki Madura
Peran Krusial Bendahara dalam Kesuksesan Organisasi
Relevansi Organisasi Kemahasiswaan Perspektif Sosiologi
Transformasi dan Dinamika Organisasi: Sebuah Perspektif Sosiologi
Telaah Harmoni Beragama: Peran Rukun Interfaith Leadership di Pamekasan

Berita Terkait

Senin, 11 November 2024 - 14:28 WIB

Keranjang Belanja yang Berlubang, Mengapa Data Kita Mudah Bocor di E-commerce?

Kamis, 7 November 2024 - 16:02 WIB

3 Srikandi Berebut Kursi Gubernur Jawa Timur

Sabtu, 12 Oktober 2024 - 20:46 WIB

Tuhan di Era Logika: Apakah Kita Masih Butuh Bukti?

Jumat, 20 September 2024 - 11:29 WIB

Kecantikan Perempuan dalam Konstruksi Budaya Laki-laki Madura

Senin, 1 Juli 2024 - 18:03 WIB

Peran Krusial Bendahara dalam Kesuksesan Organisasi

Berita Terbaru