Mental Health, Hustle Culture, dan Cara Gen Z Bertahan

- Publisher

Senin, 2 Desember 2024

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Dok. Zainul Arief, S.Pd Mahasiswa Lulusan IAI Al-Khairat Pamekasan

Dok. Zainul Arief, S.Pd Mahasiswa Lulusan IAI Al-Khairat Pamekasan

SuaraNet Di tengah dunia yang terus bergerak cepat dan tak kenal henti, mental health menjadi isu yang kian relevan, terutama bagi generasi muda seperti Gen Z. Mereka adalah generasi yang lahir di era digital, di mana produktivitas kerap disamakan dengan nilai diri. Namun, di balik segala akses kemudahan teknologi dan kebebasan berekspresi, tekanan hidup justru semakin berat. Salah satu penyebab utamanya adalah hustle culture.

Hustle culture, yang mendorong kita untuk terus bekerja keras tanpa henti demi kesuksesan, seringkali dielu-elukan sebagai filosofi hidup ideal. Media sosial dipenuhi oleh narasi grind, no days off, dan glorifikasi lembur. Sayangnya, budaya ini mengabaikan sisi manusiawi kita—kebutuhan untuk istirahat, refleksi, dan keseimbangan.

Bagi sebagian orang, hustle culture menjadi motivasi untuk meraih mimpi besar. Namun, bagi banyak lainnya, ia menjadi jebakan yang menciptakan rasa bersalah ketika tidak “produktif”. Akibatnya, burnout, kecemasan, dan depresi menjadi fenomena yang semakin meluas di kalangan Gen Z.

Gen Z adalah generasi yang tumbuh dalam ketidakpastian. Pandemi global, perubahan iklim, krisis ekonomi, dan tekanan sosial adalah beberapa hal yang membayangi perjalanan mereka. Kombinasi faktor eksternal ini, ditambah ekspektasi pribadi yang tinggi, menjadi resep sempurna untuk stres kronis.

Baca Juga  Puisi-puisi Nurul Aini; Menuskrib Luka

Ditambah lagi, media sosial memperburuk situasi. Algoritma terus-menerus menampilkan kesuksesan orang lain, menciptakan ilusi bahwa semua orang “lebih maju” dari kita. FOMO (fear of missing out) menjadi racun yang mengikis kebahagiaan diri.

Namun, tidak adil jika hanya melihat Gen Z sebagai korban. Justru, mereka adalah generasi yang mulai mendobrak stigma tentang kesehatan mental. Ada beberapa cara mereka bertahan:

  • Membuka Dialog Tentang Mental Health
    Gen Z tidak segan berbicara tentang kesehatan mental, baik melalui media sosial, komunitas, maupun terapi profesional. Langkah ini penting untuk mendekonstruksi tabu yang selama ini melingkupi isu ini.
  • Melawan Narasi Hustle Culture
    Istilah seperti “quiet quitting” menjadi salah satu bentuk perlawanan Gen Z terhadap ekses hustle culture. Mereka mulai memahami bahwa produktivitas tidak harus mengorbankan kesehatan mental. Work-life balance adalah tujuan, bukan kelemahan.
  • Menciptakan Ruang Aman
    Generasi ini menciptakan ruang-ruang aman di mana mereka dapat saling mendukung, baik secara online maupun offline. Platform seperti TikTok dan Twitter sering menjadi wadah berbagi pengalaman dan tips mengelola tekanan hidup.
  • Prioritizing Self-Care
    Self-care kini bukan lagi sekadar tren, melainkan kebutuhan. Dari meditasi, olahraga, hingga sekadar mengambil waktu untuk beristirahat, Gen Z mulai memprioritaskan diri mereka sendiri.
Baca Juga  Ruang Mengemukakan Pendapat Menjadi Kapabilitas Seorang Perempuan

Gen Z adalah generasi yang terus beradaptasi di tengah tantangan zaman. Mereka mengajarkan kita bahwa bertahan bukan tentang selalu bekerja lebih keras, tetapi juga tentang bekerja lebih cerdas dan peduli pada diri sendiri.

Mungkin, dari mereka kita bisa belajar bahwa kesuksesan sejati tidak hanya terukur dari pencapaian materi, tetapi juga dari seberapa baik kita menjaga kesehatan mental kita di sepanjang perjalanan hidup. Karena pada akhirnya, apa artinya sukses jika kita kehilangan diri kita sendiri di tengah jalan?

 

| Zainul Arief, S.Pd Mantan Mahasiswa IAI AL-KHAIRAT Pamekasan | Selebihnya Tulisan ini tidak menjadi tanggung jawab Redaksi SuaraNet.id

Penulis : Zainul Arief

Editor : Anam Khair

Berita Terkait

Media Sosial dan Perubahan Paradigma Komunikasi
Daulat yang Tergadai: Menyoal Demokrasi dalam Bayang-Bayang Kekuasaan
Potret Pilkada Sumenep: Cerminan Demokrasi Madura
Problematika Gen Z dan Dampak Budaya FOMO
Menangkal Overclaim: Peran Edukasi dalam Meningkatkan Kecerdasan Konsumen
Keranjang Belanja yang Berlubang, Mengapa Data Kita Mudah Bocor di E-commerce?
3 Srikandi Berebut Kursi Gubernur Jawa Timur
Tuhan di Era Logika: Apakah Kita Masih Butuh Bukti?

Berita Terkait

Senin, 13 Januari 2025 - 10:42 WIB

Media Sosial dan Perubahan Paradigma Komunikasi

Rabu, 8 Januari 2025 - 19:47 WIB

Daulat yang Tergadai: Menyoal Demokrasi dalam Bayang-Bayang Kekuasaan

Minggu, 8 Desember 2024 - 12:30 WIB

Potret Pilkada Sumenep: Cerminan Demokrasi Madura

Kamis, 5 Desember 2024 - 12:36 WIB

Problematika Gen Z dan Dampak Budaya FOMO

Senin, 2 Desember 2024 - 13:44 WIB

Mental Health, Hustle Culture, dan Cara Gen Z Bertahan

Berita Terbaru

Berita

Tradisi Penyambutan Kapolres Baru di Polres Pamekasan

Sabtu, 18 Jan 2025 - 12:15 WIB

Gambar: Pinteres

Lifestyle

7 Rahasia Kecil yang Akan Mengubah Hidup Anda Selamanya!

Jumat, 17 Jan 2025 - 12:34 WIB

Nasional

Ditanya Soal Pertemuan Prabowo-Megawati, begini Respon Jokowi

Kamis, 16 Jan 2025 - 19:11 WIB