Judul : Kembang Selir
Penulis : Muna Masyari
Penerbit : Diva Press
Tebal : 132 halaman
ISBN : 978-623-189-210-2
Tahun : Juni, 2023
SuaraNet.id- Kembang Selir merupakan kumpulan cerpen yang mengungkap permasalahan sosial dan budaya dalam masyarakat Madura. Penekanan latar sosial budaya lebih ke keadaan kaum pedalaman di Madura. Muna Masyari mendekonstruksi tokoh-tokoh cerpennya. Kumpulan cerpen ini bisa dibilang padu. Tak semua cerpennya membeberkan makna tersurat. Pembaca harus menemukan yang tersirat. Makna setiap cerpen harus ditelusuri dari simbol-simbol yang ditawarkan.
Sebagian cerpen dalam buku ini mengandung pelajaran yang bisa diteladani di kehidupan nyata. Namun, tidak berarti cerpen-cerpen tersebut hendak menceramahi. Kebohongan, ketidakadilan, dan penyelewengan yang ada di Pulau Garam dibeberkan dalam Kembang Selir. Makna yang ingin disampaikan sejalan dengan kaidah sastra, yaitu menghibur dan mendidik. Karya sastra digunakan sebagai alat untuk menyampaikan pesan atau amanat agar bisa diteruskan dalam kehidupan nyata oleh pembaca. Karya yang baik memang seharusnya mengandung kedua hal itu.
Kembang Selir merupakan karya fiksi yang berorientasi pada keadaan sosial demi menghadirkan pemaknaan serta pelajaran hidup yang maujud melalui kisah-kisah para tokohnya. Pengarang seolah mengajak pembaca menelusuri keadaan masyarakat Madura yang keras dan penuh permasalahan sosial. Pembaca didesak masuk lebih dalam untuk menyingkap tabir sosial masyarakat Pulau Garam.
Dalam cerpen “Bayi Sunarti”, Karyo, adalah seorang berandalan yang suka berjudi, minum, mencuri, dan sebagainya. Sejalan dengan keadaan di masyarakat, Karyo berwatak kacau. Namun, cerpen tersebut juga menceritakan sebaliknya. Setelah beberapa kali mendengar tangisan bayi Sunarti karena tak ada uang untuk membeli susu sementara air susu ibunya mampet lantaran kurang gizi, timbul rasa iba pada hati Karyo. Ia nekat mencuri. Sunarti sendiri sudah ditinggal lama oleh suaminya yang merantau ke negeri jiran. Karyo mencuri di rumah Pak Darto, kepala desa kampung itu. Sebaliknya, kades yang seharusnya mengayomi masyarakat malah bersikap bodoamat. Alih-alih membantu, ia justru memberi pinjaman uang kepada Sunarti dengan bunga cukup tinggi. Gelar, jabatan, dan status sosial seseorang bukan syarat mutlak untuk menilai akhlak seseorang.
Dikisahkan juga dalam cerpen yang menjadi judul buku ini, “Kembang Selir”, tokoh seorang santri. Ia menikahi seorang gadis yang ditalak tiga suaminya sebagai syarat rujuk. Ia menyetubuhi perempuan itu hingga hamil. Namun, perempuan itu menolak untuk rujuk kembali dengan mantan suaminya karena merasa dirinya diperjual belikan oleh mantan mertuanya.
Rata-rata cerpen Kembang Selir memiliki halaman yang sepadan yang di dalamnya kaya makna. Kumcer ini sarat nuansa kultural dan lekat kearifan lokal Madura. Tidak semua cerpen disajikan dengan nuansa sedih, kelam, dan menegangkan. Ada juga cerpen yang ditutup dengan akhir membingungkan.
Halaman : 1 2 Selanjutnya