Bulan Ke Sebelas Milik Kita Berdua

- Publisher

Jumat, 5 Mei 2023

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilustrator: Dimas atau yang dikenal dengan manusia kodok (Sumber: @manusiakodok).

Ilustrator: Dimas atau yang dikenal dengan manusia kodok (Sumber: @manusiakodok).

Pada hari itu dedaunan belum tuntas berjatuhan. Langit menunggu matahari berpamit pulang pada ibunya di langit timur, ayahnya masih menunggunya di pelataran langit barat. Paling ujung penglihatan mengantarnya pergi dari sang ibu, pulang pada pangkuan sang ayah.

Sore itu, aku melangkahkan kaki untuk menyusuri rona matamu. Tak sabar menyereput harum tubuhmu melalui angin yang berlarian di ujung hidungku. Sepanjang perjalanan menuju deretan senyummu yang telah ku ulang ribuan kali dalam kepalaku; aku gelisah.

Beberapa langkah darimu, bayanganmu telah lebih dulu menemuiku. Matahari nyaris sempurna melukismu kala itu.

“Lintang, aku datang” suaraku bergetar, menunggu tubuhmu berbalik sambil lalu bersiap menampung seluruh suaramu dalam gendang telingaku.

“Aku menunggumu, tak terlalu lama bagiku, tapi begitu lama bagi rindu yang tak pernah berhenti ingin menemuimu”  kau mengucapkan itu sambil berbalik badan, menyembunyikan bayangan yang telah lebih dulu mengantar lekuk tubuhmu pada mataku. Matamu menatap mataku teduh, menyampaikan lebih banyak lagi kalimat yang tak dapat didengar telingaku.

Baca Juga  Menumpas Burung-Burung Palsu Harper Lee

“Aku merindukanmu. Pada setiap waktu yang Tuhan sediakan, pada setiap hal yang Tuhan berikan. Aku merindukanmu, pada segala hal yang dapat ku jangkau melalui mata telanjang atau pada segala hal yang datang mengendap-endap dalam pikiranku” ucapku.

Kita terdiam, sesekali melirik matahari yang berjalan pelan menuju pangkuan ayahnya. Mengeja sayup-sayup kicauan burung nun jauh diketinggian yang tak dapat kita jangkau. Dimana letak Tuhan melahirkan waktu, mengasuhnya sampai tumbuh sejauh ini; mempertemukanku denganmu.

“Berulang kali kita bertemu, tapi rinduku selalu lebih besar darimu” kau membunuh senyap diantara kita, menambah tumpukan suaramu dalam gendang telingaku.

Kau salah, Lintang. Rinduku padamu adalah seluruh nafas yang Tuhan berikan padaku. Tak ada cara untuk mengukurnya kecuali dengan usiaku, itupun jika aku telah berhenti merindukanmu. Namun aku tak ingin berdebat denganmu soal rindu siapa yang lebih besar diantara kita, karena rinduku akan tetap tumbuh meski tanpa sepengetahuanmu.

Aku memilih mengalah “Ya, rindumu selalu lebih besar dari rinduku. Tapi bukan berarti perasaanku terlalu kecil untuk merindukanku, aku hanya tak sanggup menanggung rindu yang lebih besar dari rindumu” aku berbohong.

Baca Juga  Tiga Pelaku Pencurian Sepeda Motor di Pamekasan Ditangkap Polisi

“Matahari telah pulang, kau juga harus segera pulang. Rindu kita telah bertemu, kau juga telah abadi dalam kepalaku, tak perlulah kita berlama-lama disini. Nanti ketika bulan mencuri sepenuhnya sinar mentari temui aku lagi, ditempat yang telah Tuhan tentukan”

Ah, Lintang. Kau jelas tau rinduku tak pernah usai untukmu tapi kau selalu menambah kerinduan baru. Bagaimana aku menjelaskan padamu bahwa burung-burung yang berterbangan mengingatkanku pada lambaian rambutmu ketika diterpa angin. Bahwa pekat malam mengingatkanku pada warna alismu. Bahwa sinar mentari saat senja sama teduhnya dengan senyummu.

“Aku pulang, ya” ucapku lirih, berharap kau paham bahwa makna sebenarnya adalah “aku selalu menginginkan kita hanya punya satu kali perpisahan untuk berulang kali pertemuan kita”

“Selamat tinggal, hati-hati dijalan, ya. Hatiku selalu mengantarmu kemanapun kau pergi, sedang doaku adalah amiin atas segala yang kau doakan” kau mengucapkan itu sambil kembali berbalik badan, tapi sayang tidak ada bayangmu yang mengantar aku pulang.

Aku melangkahkan kaki menjauh. Kita telah kembali berpisah, tak ada yang tersisa selain kenang kita, tertinggal pada setiap hal dalam hidupku, hidupmu, hidup kita berdua yang tak sempat kita jalani bersama.

Berita Terkait

Dinilai Merusak Norma dan Moral, Gunung Waru Pamekasan Ditutup Setelah Viral
Meringankan Beban Dhuafa: Zakat Mal Yayasan Cahaya Ummat Pamekasan Sentuh 2.000 Jiwa
Begini 5 Alasan, Untuk Orang yang Jatuh Cinta Diam-diam
Safari Ramadan Yayasan Cahaya Ummat Pamekasan Salurkan Zakat Mal kepada 1.000 Dhuafa Jelang Lebaran
Berikut Jadwal Imsakiyah, Buka Puasa, dan Shalat 5 Waktu Wilayah Madura Ramadan 2025
Sering Unggah Status Makanan di Siang Hari saat Ramadan? Ini 5 Hal yang Perlu Diketahui Menurut Islam
Keabsahan Hadits Pahala Salat Tarawih, Ini Penjelasan Para Ulama
Panduan Shalat Dhuha dan Keutamaannya, Yuk Intip

Berita Terkait

Senin, 2 Juni 2025 - 12:56 WIB

Dinilai Merusak Norma dan Moral, Gunung Waru Pamekasan Ditutup Setelah Viral

Kamis, 29 Mei 2025 - 17:04 WIB

Meringankan Beban Dhuafa: Zakat Mal Yayasan Cahaya Ummat Pamekasan Sentuh 2.000 Jiwa

Jumat, 28 Maret 2025 - 10:32 WIB

Begini 5 Alasan, Untuk Orang yang Jatuh Cinta Diam-diam

Senin, 24 Maret 2025 - 14:22 WIB

Safari Ramadan Yayasan Cahaya Ummat Pamekasan Salurkan Zakat Mal kepada 1.000 Dhuafa Jelang Lebaran

Rabu, 5 Maret 2025 - 05:56 WIB

Berikut Jadwal Imsakiyah, Buka Puasa, dan Shalat 5 Waktu Wilayah Madura Ramadan 2025

Berita Terbaru