Pada abad ke-9 Masehi, terdapat sosok wanita yang menginspirasi banyak orang dengan dedikasinya dalam bidang pendidikan dan kecintaannya terhadap pengetahuan.
Namanya adalah Fatimah al-Fihri, seorang wanita berkebangsaan Maroko yang diakui sebagai pendiri universitas pertama di dunia, Universitas al-Qarawiyyin.
Awal Kehidupan dan Latar Belakang Keluarga
Fatimah al-Fihri lahir pada tahun 800 Masehi di kota Fez, Maroko. Keluarganya adalah orang-orang yang taat beragama dan sangat menghargai nilai-nilai pendidikan. Ayahnya, Mohammed al-Fihri, adalah seorang pedagang sukses yang meninggalkan warisan berharga bagi keluarga mereka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sejak kecil, Fatimah al-Fihri dan saudari-saudarinya telah dididik dengan baik oleh orang tua mereka. Mereka belajar bahasa Arab, sastra, matematika, dan ilmu agama secara intensif. Ayahnya sangat percaya bahwa pendidikan adalah kunci untuk mencapai kesuksesan dan kemandirian, dan dia berusaha memberikan kesempatan yang sama bagi putri-putrinya seperti yang diberikan kepada anak laki-laki.
Perjalanan Pendidikan
Fatimah al-Fihri menunjukkan bakatnya dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan sejak usia dini. Beliau rajin membaca dan menyerap pengetahuan dari berbagai sumber yang tersedia pada masanya. Selain itu, beliau juga menunjukkan minat yang mendalam dalam kajian agama Islam dan sastra.
Ketika tumbuh dewasa, Fatimah semakin menyadari betapa pentingnya akses pendidikan yang luas bagi semua orang, terutama kaum perempuan. Wanita pada masa itu sering kali dihadapkan pada keterbatasan dalam hal pendidikan, tetapi Fatimah bersikeras bahwa wanita juga harus diberikan kesempatan untuk belajar dan berkontribusi pada masyarakat.
Pendirian Universitas al-Qarawiyyin
Setelah kematian orang tua mereka, Fatimah dan saudari-saudarinya mewarisi kekayaan yang cukup besar. Alih-alih menghabiskan warisan mereka untuk kepentingan pribadi, Fatimah dan saudari-saudarinya sepakat untuk menggunakan harta tersebut untuk membangun sebuah pusat pendidikan yang terbuka untuk umum.
Pada tahun 859 Masehi, Fatimah al-Fihri memulai pembangunan sebuah masjid di Fez yang kemudian dikenal sebagai Masjid al-Qarawiyyin. Selain sebagai tempat ibadah, masjid ini juga dijadikan sebagai pusat pembelajaran dan penelitian. Para sarjana terkemuka di bidang ilmu agama, sastra, matematika, dan ilmu pengetahuan lainnya diajak untuk mengajar dan berbagi pengetahuan mereka di universitas ini.
Seiring berjalannya waktu, Universitas al-Qarawiyyin berkembang pesat dan menjadi salah satu institusi pendidikan terkemuka di dunia Islam. Banyak pelajar dari berbagai penjuru dunia datang ke universitas ini untuk belajar dari para cendekiawan terbaik pada masanya. Pusat pembelajaran ini tidak hanya memberikan akses pendidikan kepada kaum laki-laki, tetapi juga memainkan peran penting dalam memberdayakan wanita dan memberikan kesempatan bagi mereka untuk mengejar ilmu pengetahuan.
Pengaruh dan Warisan
Universitas al-Qarawiyyin terus beroperasi hingga saat ini dan telah melewati berbagai transformasi selama berabad-abad. Kini, universitas ini dikenal dengan nama Universitas Al Quaraouiyine dan menjadi salah satu universitas tertua yang masih beroperasi di dunia.
Kehadiran Universitas al-Qarawiyyin bukan hanya memberikan dampak besar pada masyarakat Maroko dan wilayah sekitarnya, tetapi juga berkontribusi pada perkembangan ilmu pengetahuan dan peradaban manusia. Universitas ini menjadi tempat berkumpulnya banyak pemikir, sarjana, dan penulis yang berkontribusi pada perkembangan ilmu pengetahuan pada masa itu.
Warisan Fatimah al-Fihri juga berdampak pada hak-hak pendidikan wanita. Keberaniannya untuk mendirikan universitas dan memberikan kesempatan pendidikan kepada wanita telah membuka pintu bagi banyak wanita di seluruh dunia untuk mengejar impian mereka dan berperan aktif dalam dunia akademis.
Fatimah al-Fihri adalah sosok inspiratif yang mengajarkan kita tentang pentingnya pendidikan, kesetaraan gender, dan dedikasi terhadap ilmu pengetahuan. Pendiriannya dalam mendirikan Universitas al-Qarawiyyin telah meninggalkan warisan berharga bagi peradaban manusia, dan perannya sebagai pendukung pendidikan wanita menjadi inspirasi bagi generasi selanjutnya. Kita semua dapat mengambil pelajaran berharga dari kisah hidupnya dan terus mempromosikan pendidikan yang inklusif dan merata bagi semua orang, tanpa memandang gender atau latar belakang sosial.