Soe Hok Gie, Tetap Muda dan Abadi

- Publisher

Selasa, 3 Januari 2023

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Soe Hok Gie (Doc: Istimewa)

Soe Hok Gie (Doc: Istimewa)

“Dunia itu seluas langkah kaki, Jelajahilah dan jangan takut melangkah.  Hanya dengan itu kita bisa mengerti kehidupan dan menyatu dengannya” Kalimat tersebut sudah tidak asing kita baca di beragam media, ia disampaikan oleh sosok anak muda keturunan Tionghoa-Indonesia yang lahir pada ketegangan perang dunia II, tepat pada tanggal 17 Desember 1942 lalu.

Sosok intelektual muda yang menjadi dalang dibalik gerakan mahasiswa pada tahun 1966. Ia mengawali ketajaman berpikirnya dengan melahap ratusan buku sejak masih kecil. Kecintaannya terhadap ilmu pengetahuan tumbuh dengan penuh kegembiraan, kecintaan dan kesenangan bukan sebaliknya berharap nilai tinggi atau tekanan kurikulum dan keluarga.

Pemuda yang mengawali sekolah pertamanya di Sin Hwa School itu menghabiskan masa remaja dengan cara yang berbeda dari teman sebayanya. Di saat yang lain sibuk scroll tiktok melihat Fajar sadboy nangis, model rambut Dilan cepmek atau sekedar duduk di pinggiran kota dengan pamer motor. Gie justru melahap sejarah, dongeng sastra klasik, filsafat, biografi tokoh dunia dan yang lainnya. Saya tidak tau misal Gie hidup di era seperti sekarang apakah dia juga suka nonton cewek-cewek joget pargoy di tiktok atau reel Instagram.

Baca Juga  Menhan Prabowo dan Menlu Blinken Bahas Upaya Capai Perdamaian Abadi di Palestina

Gie Pria dengan hoby naik gunung itu memang tidak lekang oleh waktu ia abadi dan tak pernah mengalami nasib sial dengan menjadi tua. Persis seperti kalimat yang ia tulis “Nasib terbaik tidak pernah dilahirkan, yang kedua dilahirkan tapi mati muda, yang tersial adalah berumur tua”. Kita tidak menyebut tua untuk seorang laki-laki yang masih berumur 27 tahun.

Buah dari konsumsi bacaan yang menggunung itu menjadikan Gie sebagai sosok yang kritis, berani dan tak tajam dalam menyampaikan pemikirannya. Anak muda yang membaca peradaban dunia dari masa ke masa itu cenderung melancarkan kritik kepada pemerintahan Soekarno yang dianggapnya mengarah pada totalitarianisme.

Meski tidak pernah tergabung secara resmi dalam organisasi mahasiswa ekstra seperti kebanyakan aktivis sekarang, ia adalah sosok yang cakap dalam menyampaikan aspirasinya, pandai berorasi dan tentu paham terhadap apa yang dia perjuangkan he is know what his talk. Tanpa rambut gondrong dan dan tampang preman Gie adalah sosok intelektual muda yang tangguh. Ia layak disebut aktivis.

Baca Juga  Disangka Pengangguran, Seniman Lukis Pamekasan Hasilkan Jutaan Rupiah Dari Hobi yang Ditekuni

Kerap kali buah pikir kritisnya juga terpampang di berbagai media, Ia menulis dengan kritik tajam dan membuat penguasa geram.  Jangan bayangkan Gie seperti sosok teman-teman kita yang mengaku aktivis hanya bermodal jadi ketua di salah satu organisasi intra atau ekstra tetapi otak kosong, perut lapar, gengsi bekerja kasar tapi maksa terlihat superior. Jangan! Gie jauh dari citra dan ekspektasi semacam itu.

Sikap kritis Gie tidak selalu disepakati teman-temannya, saat itu gerakan mahasiswa terpecah menjadi dua poros, yang pertama poros pendukung pemerintah yang kedua yang selalu mengkritik kebijakan pemerintah yang dianggap merugikan kepentingan publik. Gie ada di golongan kedua.

Maka wajar sejak kebangkitan Reformasi hingga kini Gie tidak pernah memudar, gagasan demokrasi kala itu terus dilanjutkan oleh generasi selanjutnya. Perjuangan aktivis 98 juga tidak pernah lepas dari semangat muda sosok yang meninggal pada H-1 di hari ulang tahunnya. 16 Desember 1969.

Anak muda yang sering ditolak calon mertua karena dinilai terlalu berbahaya itu harus menghembuskan nafas terakhir di puncak gunung tertinggi di pulau Jawa. Mahameru. Yang lebih mengenaskan Gie harus mati dalam keadaan jomblo. Hiks.

Baca Juga  Mudah dan Cepat: Urus Izin Usaha Bersama BOSA JASA

Kita akan selalu mengenang Gie sebagai anak muda yang kritis, cerdas, dan berani menyuarakan yang benar. Seperti pesannya “Lebih baik diasingkan daripada menyerah kepada kemunafikan”. Gie Abadi.

Pamekasan 02 Januari 2022

 

*) Penulis adalah Anam khair –Mahasiswa, suka membaca buku pdf, kopi dan diskusi.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi suaranet.id 

Berita Terkait

Berikut Jadwal Imsakiyah, Buka Puasa, dan Shalat 5 Waktu Wilayah Madura Ramadan 2025
Sering Unggah Status Makanan di Siang Hari saat Ramadan? Ini 5 Hal yang Perlu Diketahui Menurut Islam
Keabsahan Hadits Pahala Salat Tarawih, Ini Penjelasan Para Ulama
Panduan Shalat Dhuha dan Keutamaannya, Yuk Intip
Mengulik Brain Drain: Saat Talenta Generasi Muda Indonesia Lebih Dihargai di Negeri Orang
Keutamaan dan Amalan Malam Nisfu Sya’ban: Waktu Mustajab untuk Memohon Ampunan
6 Ciri Orang yang Sering Balas Chat Pakai Voice Note, Ini Menurut Psikologi
Yuk Intip! Cek Kesehatan Gratis Mulai Februari 2025, Pemerintah Siapkan Rp4,7 Triliun

Berita Terkait

Rabu, 5 Maret 2025 - 05:56 WIB

Berikut Jadwal Imsakiyah, Buka Puasa, dan Shalat 5 Waktu Wilayah Madura Ramadan 2025

Senin, 3 Maret 2025 - 19:20 WIB

Sering Unggah Status Makanan di Siang Hari saat Ramadan? Ini 5 Hal yang Perlu Diketahui Menurut Islam

Sabtu, 1 Maret 2025 - 19:10 WIB

Keabsahan Hadits Pahala Salat Tarawih, Ini Penjelasan Para Ulama

Selasa, 18 Februari 2025 - 08:58 WIB

Panduan Shalat Dhuha dan Keutamaannya, Yuk Intip

Selasa, 18 Februari 2025 - 05:49 WIB

Mengulik Brain Drain: Saat Talenta Generasi Muda Indonesia Lebih Dihargai di Negeri Orang

Berita Terbaru

Dok. Tempo

Berita

Jurnalis Tempo Dapat Teror Kepala Babi

Sabtu, 22 Mar 2025 - 03:21 WIB

KH Kholilurrahman melakukan penandatanganan berita acara pengambilan sumpah jabatan dan pakta integritas, yang disaksikan langsung oleh Gubernur Khofifah.

Berita

Khofifah Ingatkan RPJMD Usai Lantik Bupati Pamekasan

Kamis, 20 Mar 2025 - 03:16 WIB