Oleh: Afdira Tomy
Pulang
Jejak kemarin yang tertinggal di dadaku
Membuat ingatan-ingatan terbang
Meneriaki malam-malam bintang.
Ku teduhkan mimpi-mimpi kita
yang dulu sudah terangkai di dermaga
Hingga langit telah lelap
Senyum manjamu—masih melekat.
Kubiarkan air matamu menghampiriku
Menyinggahi rumah yang rela menampung
Kesedihanmu.
Tiap kau datang hanya—aku bisa menikmatinya
Adalah dewa zeus menghadirkan petirkekalahanmu—saat kita tak mampu melakukannya.
Adalah dewa neptunus yang menggulungkan
Ombak-ombak, untuk menghapuskan kegetiranmu
Saat, tangan-tangan ini tak kuat mendekapnya
kita menyepakati kepulangan diruang kegelapan.
Tak Perlu Dendam
Ada dingin menyingkap tirai mengetuk di jendela
Bersama angin—sedu menggenangi dada.
Ada rani terdengar tak sengaja di telinga
Ternyata bekas suaramu—mendera kepala saja.
Sedang apa kau di akun whattsapmu?
Rupanya kita sempat beribadah sepanjang waktu
Sampai segan saling kasih tahu.
Kau lupa hari-hari ini semakin kelabu
Antara rindu yang lengang—tak bertemu.
Tidak! bukan hanya itu
Ada yang lebih bergentayangan, “katamu
Apa? Aku mencoba mengingatnya, tetapi tak berdaya Wina.
Halah… Kau pura-pura amnesia
Padahal ciuman pertama kita
Menanam kenangan—asmaraloka.
Sembari menghanyutkan salam perpisahan
I’m not going back. let it be honest. could receive cheap hearts.
Sebab pasca-kepergian
Dapat membendung kecemasan.
Pamekasan 5 Januari.
Kekasih Lekang Sarang Badai
Buat: Wina Mardania
Let me choose your name, as a love for difficult to sleep
Bila hanya hujan menjadi tubuh ini menggigil
Kemarau tak henti-hentinya kegersangan tanah.
Karena kita bercinta bagai seusia jagung kehabisan benih—sawah kehilangan hijau rerumputannya.
Meski ia bermuara telah meninggalkan sukma
Aku takkan lekang tertikam elang.
Yang gerimis menyukai pelukan kita—saat Tuhan tak mampu membendung air matanya.
Tetapi aku, tidak tahu untuk menyelamatkan kesedihan ini
Barangkali adakah seorang penyair—-rela menulis hikayat dirinya—demi isi kepalanya.
Yang perih tertumpuk oleh duri-duri cinta
Laksana, Seno Gumira Ajidarma.
Pamekasan 6 Januari.