Save The Children Soroti Kesehatan Mental Orang Tua Demi Keselamatan Anak

- Publisher

Sabtu, 6 Mei 2023

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilustrasi: Salah seorang anak dengan wajah polos. 
Sumber Foto : Save The Children Indonesia.

Ilustrasi: Salah seorang anak dengan wajah polos. Sumber Foto : Save The Children Indonesia.

Jakarta-6 May 2023. Save the Children Indonesia menyoroti isu kesehatan mental orang tua dalam kasus-kasus pembunuhan yang satu minggu terakhir ini diberitakan. Dari kasus-kasus tersebut, orang tua merupakan pelaku kejahatan di mana seharusnya orang tua menjadi orang terdekat yang melindungi anak dan yang paling dipercaya oleh anak. Tak jarang salah satu alasan utama pembunuhan karena faktor kemiskinan, ketidaksanggupan memberikan pengasuhan, dan paling buruk adalah anggapan orang tua bahwa membunuh untuk menyelamatkan anak.

“Kasus pembunuhan anak yang belakangan terjadi menunjukkan betapa pentingnya semua pihak memberi perhatian pada isu kesehatan mental orang tua. Kondisi kesehatan mental pada orang tua dapat berdampak besar pada anak-anak yang diasuhnya, dan mempengaruhi perilaku serta kesejahteraan mereka. Oleh karena itu, Save the Children Indonesia mendesak Pemerintah untuk memprioritaskan isu kesehatan mental orang tua dalam berbagai bentuk kegiatan secara nyata dan meningkatkan akses, maupun kualitas layanan kesehatan mental bagi masyarakat, khususnya orang tua,” tegas Troy Pantouw, Chief of Advocacy, Campaign, Communication & Media Save the Children Indonesia.

Baca Juga  Gibran Sebut Diserang Keras di Medsos, Relawan Diminta Tak Terpancing

Beberapa Studi terkait kekerasan pada Anak dan Kesehatan Mental membuktikan bahwa orang tua yang semasa kecilnya mengalami kekerasan dalam pengasuhan memiliki potensi untuk melakukan pengulangan dalam pengasuhan dengan kekerasan pada anaknya, bahkan berpotensi memiliki gangguan kesehatan mental saat ia dewasa terutama ketika tidak pernah mendapatkan bantuan layanan professional.

Data World Health Organization 2021 menjelaskan, 10-20% anak dan remaja di seluruh dunia mengalami kondisi permasalahan terkait kesehatan mental, 50% diantaranya dimulai sejak usia 14 tahun dan 75% dimulai pada usia pertengahan 20-an.

Selain itu, tambah Troy, satu dari empat anak saat ini tinggal bersama orang tua yang memiliki kondisi mental yang serius. Hal ini menunjukkan bahwa kurangnya layanan Mental Health and Psychosocial Support (MHPSS) atau Kesehatan Mental dan Dukungan Psikososial bagi orang tua dapat berdampak serius pada perlindungan, kesehatan, dan kesejahteraan anak.

Kondisi psikologis orang tua yang rentan juga dapat meningkatkan risiko kekerasan antar pasangan, kekerasan terhadap anak, dan kurangnya kemampuan orang tua dalam mendidik anak.

Baca Juga  Menjaga Kesehatan Mental di Tengah Gelombang Informasi

Oleh karena itu, perlu adanya perhatian khusus dari pemerintah dalam meningkatkan layanan Kesehatan mental dan dukungan psikososial untuk orang tua guna mencegah terjadinya kasus kekerasan dan memastikan kesejahteraan anak.

Selain itu, Save the Children Indonesia juga meminta masyarakat untuk menghentikan stigma dan persepsi terhadap masalah kesehatan mental. Kesehatan mental bukanlah hal yang tabu dan diabaikan, namun justru perlu dimintakan bantuan dan didukung agar mengalami pemulihan. Sehingga bagi orang tua yang mengalaminya akan merasa lebih nyaman dan terbuka untuk mencari serta menerima bantuan dalam mengatasi isu kesehatan mental mereka dari para ahli.

Save the Children Indonesia melalui program Kesehatan Mental dan Layanan Dukungan Psikososial yang diimplementasikan di Jakarta dan Jawa Barat membuktikan bahwa kondisi mental yang sehat dari orangtua, pengasuh utama dan orang – orang terdekat dengan anak akan membantu membangun hubungan yang baik, aman dan hangat. Hal ini juga membantu perkembangan mental anak dan mencapai hasil pendidikan yang lebih baik.

Baca Juga  Jokowi Gelar Pertemuan Bersama Prabowo Tanya Soal Proposal Damai Rusia-Ukraina

Sinta (11) menuturkan, kaget saat mengetahui jadwal masuk sekolahnya lama. Karena itu membuat dia sering sedih.

“Pas masuk sekolah lagi, saya kaget, capek karena jadwal sekolahnya lama jadinya sering sedih, marah sama mamah. Terus di sekolah diajarin pernafasan bunga dan lilin, saya jadi tenang. Di rumah juga praktikin bareng sama mamah,” tutur salah satu anak di Jakarta tersebut.

Berita Terkait

Sejumlah Fakta Rapat Tertutup Panja RUU TNI yang Heboh Di jagat Maya
Dugaan Kecurangan MinyaKita, Isi Tak Sesuai Takaran, Mendag Lapor ke Polisi
Rekrutmen Bersama BUMN 2025 Dibuka! Begini Cara Daftarnya
Kasus Korupsi Minyak Oplosan, Erick Thohir: Pertamina Akan Direview Total
Prabowo Teken UU dan Keppres Peluncuran Danantara
FKMSB Gelar Kongres XIII di Jombang, Soroti Bonus Demografi untuk Indonesia Emas 2045
BEM SI Gelar Aksi Indonesia Gelap di Jakarta, 13 Tuntutan Diajukan ke Pemerintah
Megawati Temui Putra Mahkota Abu Dhabi, Bahas Hubungan Indonesia-UEA

Berita Terkait

Senin, 17 Maret 2025 - 10:09 WIB

Sejumlah Fakta Rapat Tertutup Panja RUU TNI yang Heboh Di jagat Maya

Minggu, 9 Maret 2025 - 03:23 WIB

Dugaan Kecurangan MinyaKita, Isi Tak Sesuai Takaran, Mendag Lapor ke Polisi

Jumat, 7 Maret 2025 - 04:10 WIB

Rekrutmen Bersama BUMN 2025 Dibuka! Begini Cara Daftarnya

Minggu, 2 Maret 2025 - 22:08 WIB

Kasus Korupsi Minyak Oplosan, Erick Thohir: Pertamina Akan Direview Total

Senin, 24 Februari 2025 - 11:34 WIB

Prabowo Teken UU dan Keppres Peluncuran Danantara

Berita Terbaru