SUARANET – Baltasar Gracian, Mengutarakan Pendapatnya; janganlah mengambil sisi yang salah dari sebuah argumen, hanya karena musuh anda telah mengambil sisi yang benar.
Hal ini seringkali mengotori pikiran dan logika manusia, yang katanya dikembangkan melalui nalar yang akhirnya ragu-ragu menjadi jurang.
Hanya karena peralihan sisi dan menguak esensi kebenaran!, Asumsi yang dibawakan adalah tuntutan moral dan kepekaan diri untuk memahami dan mengerti keadaan sekitar, mudahnya adalah kritikal komitmen yang hanya hanyut dalam wabah kemirisan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Apalagi menunjukkan topeng diri yang merdeka tanpa terjajah halusinasi orang-orang. Jangan-jangan hanya mati kutukan dalam lembaran ocehan. Sangat setuju dengan pendapat yang diutarakan oleh Buya Hamka.
Salah satu pengkerdilan terkejam dalam hidup adalah membiarkan pikiran yang cemerlang menjadi budak bagi tubuh yang malas, yang mendahulukan istirahat sebelum lelah.
Jangan-jangan narasi yang diangkat hanyalah benalu? Hidup di era digital seharusnya multi peran, melek teknologi informasi dan pengetahuan menjadi tombak perubahan.
Dimana Peran difungsikan sebagai menuai kebaikan untuk kemajuan seksama, Siapa bilang terhanyut? Siapa bilang termakan? Kemungkinan anda yang mati jejak? Atau mati pasaran atau lebih mirisnya tidak bisa berkembang? Hahaha..
Jangan lupa evaluasi diri anda, jangan mati hanya keserakahan pikiran yang terbentur oleh kesesatan!
Jangan katakan, simbol identitas yang dibawa adalah: Idealisme dan Intelektual. Kenyataannya adalah sampah peradaban. Dua hari lagi akan hadir kelas kesadaran untuk menuntaskan penyelewengan akal sehat dan alam sadar. Hehehe..
*)Fahrur Rozi – Program Studi Tadris Bahasa Indonesia IAIN Madura.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi suaranet.id