Pamekasan– Lapangan Sadangdang, Pamekasan, Sabtu (4/1) malam, menjadi saksi bisu kebangkitan semangat melestarikan budaya Madura. Masyarakat Rojhung, sebuah komunitas kebudayaan, menggelar pertunjukan wayang kulit asli Madura sebagai bentuk protes terhadap sikap pemerintah yang dianggap abai terhadap warisan leluhur.
Dalam sambutannya, Novi Kamalia, ketua Masyarakat Rojhung, dengan tegas menyuarakan kekecewaannya terhadap pemerintah Pamekasan karena dinilai abai terhadap budaya lokal.
“Pagelaran budaya seperti ini seharusnya tidak dipersulit dengan birokrasi yang berbelit-belit. Jika pemerintah tidak bisa membantu pendanaan, setidaknya permudah izinnya. Biar kami yang menyelenggarakan, karena melestarikan budaya tidak cukup hanya dengan wacana, tapi harus ada tindakan nyata,” tegasnya.
Sentimen serupa juga diungkapkan oleh Faridi, anggota DPRD Pamekasan.
“Tidak ada rasa memiliki terhadap ruang kebudayaan di Pamekasan. Ini harus segera diubah agar budaya kita tidak kehilangan relevansinya,” ujarnya.
Dalam diskusi publik yang digelar setelah pertunjukan, para pembicara sepakat bahwa pemerintah daerah dan dinas terkait harus lebih proaktif dalam mendukung pelestarian budaya.
“Kegiatan ini adalah bentuk demonstrasi dari masyarakat. Jika saya menjadi kepala dinas atau bupati, saya akan mendukung penuh kegiatan seperti ini,” tegas R. Wazirul Jihad, salah satu peserta diskusi.
Penulis : Eros Van Jasa