Bumi Aksara: Puisi-puisi Fahrur Rozi

- Publisher

Selasa, 6 Desember 2022

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Sumber foto: amnesty internasional

Sumber foto: amnesty internasional


Negeri Sementara

Berapa lama lagi sandiwara bodong ini berakhir?

Perihal demokrasi yang sempit

ADVERTISEMENT

IMG 5702

SCROLL TO RESUME CONTENT

Mengintip dari rumput bawah sudah dijegal

atap negeri yang penuh ruas kosong

menyekat rakyat, dan masih dikucilkan

Apa kabar pangan dan kekayaan?

Tak ada kearifan yang berbau cemerlang

Sementara aksi aksi sudah berkibar

Namun hanya sekedar menjadi simbolis peringatan

Kita hanya kambing hitam

Lalu keadilan mana yang perlu digandrungkan

suara tuhan saja tak pernah direkam

Sementara nasib negeri yang goyah

Kulihat dagu Kartini sudah menunduk

Menjadi saksi perjuangannya yang pupus sebelum menjadi berlian

Sumenep, 21 Juli 2021

68c47698b278e6b826f13f1727651d8f
Sumber ilustrasi gambar: Indonesian vector

Satire Serdadu

Banyak kepala yang dekat dengan bibirnya.

Tanpa terukur jarak

ia menelanjangi bibir anak tuhan yang lain

Banyak selera disergap dan dimuntahkan sendiri

Padahal muntahnya adalah kenestapaan

Seperti ucapnya yang kadaluarsa

Ada yang banjir

Tapi ia masih berbagi

Tiba tiba menjadi relawan pemulung publik

Belajarlah menuai arti

Menolak sesat adalah kebijaksanaan

Tak ada yang lebih berharga selain harga diri

Baca Juga  Jejak Sang Burung Merak W.S. Rendra

Reputasi bukan penyeruan

Dan tak pantas di undikan

 

 

07adbd351684ac4752cc6a83fe4f589e
Sumber foto: amnesti internasional media

Diam-diam cinta

Aku ingin mencintaimu dengan bijaksana

Seperti korelasi tanah dan bunga

Aku mengagumimu dengan seluruh hidupku

Jikalau ada diantara satupun manusia lain berusaha membuatmu bahagia, aku adalah rodanya

Dan jikalau aku yang terlalu melangitkan pinta dan harapan, itu adalah sebuah konsukuensi yang pasti kuterima

Semua tentang hidup tertulis dalam sajak tak bermakna ini

Walau hanya bisa bahagia dalam tirai diri

Tak ada yang lebih sakit dari wajahnya yang dibanjiri tangis dan tak ada yang lebih agung dari setiap bibit senyumnya

Jangan sampai..

Setiap cerita patah dalam jiwamu, seperti pertemuan singkat ujung Oktober dan November.

Pamekasan, 30 Oktober 2022

 

*)Fahrur Rozi – Program Studi Tadris Bahasa Indonesia IAIN Madura.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi suaranet.id 

Print Friendly, PDF & Email

Berita Terkait

Festival Sastra-Sains Sivitas Kotheka ke-4 Menggali Roman-Roman Ekstraterestrial
Sajak-sajak WS Rendra
Jejak Sang Burung Merak W.S. Rendra
Ziarah ke Hati yang Tahir – Royyan Julian
Menumpas Burung-Burung Palsu Harper Lee
Perjalanan Memikat dan Penuh Misteri Novel Murder on the Orient Express
Menjelajahi Kejayaan dan Kehancuran dalam Novel Klasik ‘The Great Gatsby
Sajak-sajak Nyoman Trisna Dewi

Berita Terkait

Sabtu, 10 Agustus 2024 - 17:21 WIB

Festival Sastra-Sains Sivitas Kotheka ke-4 Menggali Roman-Roman Ekstraterestrial

Minggu, 18 Februari 2024 - 07:46 WIB

Sajak-sajak WS Rendra

Selasa, 6 Februari 2024 - 09:30 WIB

Jejak Sang Burung Merak W.S. Rendra

Rabu, 18 Oktober 2023 - 20:42 WIB

Ziarah ke Hati yang Tahir – Royyan Julian

Senin, 16 Oktober 2023 - 16:54 WIB

Menumpas Burung-Burung Palsu Harper Lee

Berita Terbaru