Pamekasan, SuaraNet – RAM, mahasiswi angkatan 2020 Program Studi Bimbingan Konseling Pendidikan Islam (BKPI) di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Madura meninggal dunia pada 3 Agustus 2024 setelah berjuang keras menyelesaikan skripsi.
Penyebabnya diduga akibat tekanan saat menyelesaikan tugas akademik di Prodi BKPI, Fakultas Tarbiyah, sehingga penyakit lambung yang dideritanya semakin parah.
Rekan RAM, Istiana Aureliantika, menceritakan kisah perjuangan pilu RAM kepada pihak SuaraNet.
“Skripsiannya sangat sulit. Yang mempersulit itu dospemnya. Dia bolak-balik ke kampus untuk tanda tangan, bahkan sampai ke rumah dospemnya di Gending, tapi tetap tidak ditemui,” ungkapnya, Minggu, (8/12/24).
Istiana juga menjelaskan bahwa RAM memiliki penyakit lambung, yang semakin parah saat dia stres.
“Dia memang punya penyakit lambung, tapi teman-temannya sudah selesai semua termasuk aku. Dia ingin cepat kelar, tapi prosesnya bikin dia makin kepikiran. Orang yang punya penyakit lambung itu nggak bisa banyak mikir, pasti kambuh,” lanjutnya.
Menurut Istiana, kondisi kesehatan RAM semakin memburuk karena kurang makan dan istirahat selama proses pengerjaan skripsi.
“Dia sering demam dan kulitnya panas, kata ibunya. Tapi dia tetap memaksakan diri karena ingin wisuda,” tuturnya.
RAM tidak hanya mengalami kesulitan saat hendak menemui dosen pembimbing, tetapi juga kurangnya perhatian dari Kaprodi BKPI maupun pimpinan Fakultas Tarbiyah.
Meski diketahui dalam kondisi kesehatan yang memburuk, tidak ada langkah proaktif dari pihak akademik untuk memberikan fleksibilitas atau solusi.
Puncaknya, ketika RAM harus mengurus revisi akhir dan kartu hijau menjelang wisuda, dospem tetap meminta kehadiran langsung RAM meskipun ia sedang opname di rumah sakit.
“Dia opname dua kali, tapi pihak dosennya nggak percaya kalau dia sakit. Harus datang sendiri, nggak boleh diwakilkan,” ujar salah satu anggota keluarga.
Istiana menceritakan bahwasan pada 1 Agustus 2024, RAM dilarikan ke rumah sakit dan dirawat di ICU karena kondisinya semakin memburuk. Dua hari kemudian, pada 3 Agustus, ia mengembuskan napas terakhir pada pukul 10.00 WIB.
Ia menyebut bahwa, keluarga dan teman-teman RAM menilai tekanan akademik yang dialami almarhumah, khususnya dari pihak dosen pembimbing dan sistem birokrasi fakultas, menjadi salah satu penyebab utama yang memperburuk kesehatannya.
Pada 7 Desember 2024, nama RAM tetap disebut dalam prosesi wisuda ke-40 IAIN Madura. Ijazahnya diterima langsung oleh wali keluarga sebagai perwakilan. Suasana emosional terasa ketika namanya disebut lantang di tengah prosesi penyerahan ijazah.
Kasus meninggalnya RAM mengundang kritik tajam terhadap Prodi BKPI dan Fakultas Tarbiyah.
Pemerhati pendidikan Pamekasan, Khoir Amza menilai sistem pendampingan akademik di perguruan tinggi sering kali terlalu birokratis dan minim fleksibilitas.
“Seharusnya pihak fakultas dan prodi bisa memberikan kebijakan yang lebih humanis, terutama bagi mahasiswa dengan kondisi kesehatan serius. Jika benar dosen pembimbing sulit ditemui, dan tidak ada langkah penyelesaian dari prodi atau fakultas, maka ini jelas bentuk kelalaian akademik,” ujar Khoir, Alumnus IAIN Madura.
Pihak kampus juga dianggap gagal memastikan mahasiswa mendapatkan pendampingan yang layak selama proses skripsi.
Kaku dan kurangnya empati dalam proses akademik dinilai menjadi faktor yang memperburuk situasi RAM hingga berujung pada tragedi.
Hingga berita ini diterbitkan, Kaprodi BKPI dan pimpinan Fakultas Tarbiyah belum memberikan tanggapan resmi atas kasus ini.
Penulis : Fahrur Rozi
Editor : Umarul Faruk