Pamekasan, SuaraNet– Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Pamekasan secara resmi meluncurkan Computer Security Incident Response Team Kabupaten Pamekasan (PamekasanKab-CSIRT) dan mengadakan kampanye kesadaran publik mengenai tanggap insiden siber di Dharmawangsa Grand Ballroom, Azana Style Hotel Pamekasan.
CSIRT, yang juga dikenal sebagai Tim Tanggap Insiden Siber (TTIS), adalah program pemerintah yang bertujuan melindungi masyarakat dari kejahatan siber melalui Badan Siber dan Sandi Nasional (BSSN).
Berdasarkan data dari BSSN, sudah ada 16 kabupaten di Jawa Timur yang membentuk CSIRT. Di antara wilayah-wilayah di Madura, Pamekasan menjadi kabupaten pertama yang meluncurkan tim ini.
Nur Hidajatul Firdaus, Kepala Diskominfo Pamekasan, menekankan bahwa pertempuran saat ini adalah pertempuran digital. Melalui pembentukan CSIRT ini, dia berharap masyarakat dapat siap mengantisipasi dan menangani insiden-insiden siber.
“Saya berharap para peserta dapat memperoleh pengetahuan sebanyak mungkin dan menjadi mampu mengatasi insiden-insiden siber di Pamekasan,” ujar Dayat, panggilan akrab Nur Hidajatul Firdaus, pada Kamis (9/11/2023).
Hasto Prastowo, Direktur Keamanan Siber dan Sandi Sektor Pemerintah Daerah BSSN, menjelaskan bahwa program ini bertujuan untuk memperkuat sistem keamanan siber tidak hanya di level pemerintah pusat, tetapi juga di level pemerintah daerah.
“CSIRT adalah tim yang dibentuk untuk merespons insiden-insiden siber. Jadi jika ada masalah atau hacker yang ingin mencuri data, akan ada detektor yang memantau situasi. CSIRT bertanggung jawab dalam memberikan perlindungan dan menyelesaikan masalah ini,” ungkapnya kepada media pada Kamis (9/11/2023).
Lebih lanjut, Hasto menjelaskan bahwa CSIRT juga dapat digunakan untuk mencegah masalah-masalah siber, bukan hanya menangani masalah yang sudah terjadi.
“CSIRT bukan hanya pemadam kebakaran, tetapi juga mempersiapkan kita dalam menghadapi potensi masalah siber. Dalam acara ini, kami meningkatkan kesadaran tentang kejahatan siber dan memberikan edukasi kepada masyarakat. Penting untuk menyampaikan informasi ini kepada masyarakat agar tetap waspada. Jika terjadi insiden, tim yang telah dilatih akan tahu bagaimana cara menanggapi,” jelasnya.
Hasto menambahkan bahwa tidak semua anomali pada sistem jaringan selalu menandakan serangan yang berbahaya.
“Kami sudah memiliki data mengenai masalah-masalah serangan siber, tetapi anomali belum tentu merupakan serangan atau ancaman yang membahayakan. Pelatihan ini diperlukan agar tim yang dibentuk dapat menganalisis dan menanggapi dengan tepat,” tandasnya.
Acara ini dihadiri oleh para pejabat dari berbagai Organisasi Pemerintah Daerah (OPD) dan camat dari seluruh kabupaten Pamekasan.