BANYUWANGI, SUARANET—Matahari bersinar terang pagi itu. Cahayanya menembus permukaan tanah melalui celah daun, ranting dan dahan pohon yang menjulang dan rimbun. Dua pria dewasa tampak cekatan menanam bibit pohon di antara celah semak-semak yang agak renggang. Di sudut lain, empat pria dewasa mengangkat bibit pohon dan cangkul di tangan.
Setidaknya itulah satu dari sekian visual aktivitas penghijauan yang dilakukan Rukun Tani Sumberejo Pakel bersama jaringan seperti Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jawa Timur, Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Surabaya dan jaringan solidaritas lainnya di area lindung lahan reclaiming, Taman Glugo, Desa Pakel, Kecamatan Licin, Kabupaten Banyuwangi pada 27 September 2022.
Sampai saat ini, Rukun Tani Sumberejo Pakel, Desa Pakel, Banyuwangi tetap berupaya merebut kembali lahan seluas 271.6 hektar yang dikuasai oleh PT. Bumisari. Tercatat, sekitar 800 petani tak berlahan. Namun demikian, mereka tetap berkomitmen untuk merawat lahan dan mata air.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Penanaman ini dilakukan di dua titik wilayah yakni area Taman Glugo dan Pongkor. Salah satu motivasi warga dalam penanaman ini adalah untuk mencegah bencana, merawat lahan resapan dan sumber mata air yang menjadi tumpuan kehidupan warga Desa Pakel.
“Penanaman ini dilakukan warga Pakel sebagai bagian tanggung jawab kami dari Rukun Tani yang merebut Bumisari agar lebih baik. Kegiatan ini tidak bisa lepas dari dukungan banyak pihak dari WALHI Jatim, LBH Surabaya dan jaringan solidaritas,” terang Sujinah salah satu anggota Rukun Tani Sumberejo Pakel.
Herman salah seorang anggota Rukun Tani pakel lain mengatakan, kawasan tersebut sebenarnya sudah tampak hijau. Penanaman pohon itu untuk semakin menambah keasriannya, warga berinisiatif untuk menambah pohon di sana.
“Penanaman ini untuk merawat air dan mencegah longsor sebagai kegiatan pertama. Serta menunjukkan jika Rukun Tani benar-benar peduli dengan lingkungan hidup,” ujar Herman
Harun selaku Ketua Rukun Tani Sumberejo Pakel mengatakan bahwa terdapat tiga sumber mata air dengan tipe air dalam dan dangkal di lahan atas lahan reklaiming. Sumber tersebut diantaranya Sumber Tetelan, Sumber Singkik dan Sumber koong yang masuk di wilayah Taman Glugo. Ia menambahkan debitnya tidak sederas dulu, sekarang relatif mengecil.
Menurutnya, mengecilnya sumber mata air diakibatkan mulai hilangnya pohon besar yang usianya mencapai ratusan tahun. Karena rata-rata di sekitar mata air ini ditanami mahoni dan kopi saja.
“Rata rata tanaman mahoni dan kopi, dulu ada pohon beringin, garu, jagir, paling banyak dipotong bumisari adalah beringin dan jagir, dipotong untuk kepentingan perkebunan. Sementara itu pohon mahoni ternyata untuk dipotong dan dijual pada rata-rata umur 7-10 tahun,” jelas Harun
Dia menambahkan, sumber air di tempat ini pada dasarnya dimanfaatkan oleh warga Desa Pakel khususnya mereka yang tinggal di Dusun Durenan sekitar 777 warga dan Dusun Pakel 500 warga. Karena khawatir semakin mengering maka warga menanam kembali di lahan tersebut untuk menambah vegetasi.
“Total ada 1000 bibit pohon yang ditanam. Pohon buah durian langsep aren alpukat, bambu jengkol petai yang bagus untuk merawat lahan dan air,” katanya.
Dia bilang, penanaman ini sebagai bagian dari mengganti tanaman yang usianya ratusan tahun yang telah dibabat oleh Bumisari untuk perkebunan. Jadi ini rukun tani mengganti dengan menanamnya supaya air tetap lancar dan lingkungan tetap lestari serta terhindar dari bencana.
Wahyu Eka Setyawan selaku Direktur Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jawa Timur menegaskan, penanaman ini merupakan bukti bahwa warga berkomitmen untuk merawat mata air dan lingkungan.
“Kegiatan ini merupakan bagian tanggung jawab warga Pakel untuk menunjukkan bahwa mereka memiliki pengetahuan lokal mengenai mengelola lahan dan mata air yang berdaya pulih. Kami tetap berkomitmen untuk mengawal kasus yang menimpa petani di pakel,” katanya.
Menurutnya, selama ini warga selalu dituduh merusak lingkungan, tapi sebaliknya warga tidak hanya memanfaatkan lahan, tetapi juga merawatnya. Karena mereka sadar bahwa air, kesuburan lahan dan keanekaragaman hayatinya adalah sumber-sumber agraria yang penting untuk pertanian.