Jakarta, SuaraNet – Mengenai hasil survei Litbang Kompas, pengaruh Presiden Jokowi, atau dikenal sebagai “Jokowi effect,” diprediksi akan dominan dalam Pilkada 2024. Adi Prayitno, Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, menilai hasil ini wajar mengingat Jokowi masih menjabat sebagai Presiden.
“Karena posisi Jokowi saat ini sebagai Presiden, wajar jika preferensi politik pemilih cenderung ke mereka yang dekat atau didukung Jokowi. Pertanyaan surveinya adalah jika Pilkada dilakukan saat ini, sementara saat ini Presiden adalah Jokowi,” Jelas Adi pada Sabtu (22/6).
Namun, sebelum Pilkada 2024 berlangsung, kursi kepresidenan akan resmi diduduki oleh Prabowo Subianto. Pelantikan presiden terpilih dijadwalkan pada Oktober, sedangkan Pilkada akan berlangsung pada November.
Ia menuturkan, pemilih nantinya akan condong pada calon yang terasosiasi dengan Prabowo. Ia berpendapat bahwa efek Prabowo justru akan lebih dominan.
“Bisa dibuktikan, seminggu atau dua minggu setelah Prabowo dilantik, saya yakin pemilih akan condong memilih calon yang terasosiasi atau didukung Prabowo. Jadi, saat pencoblosan Pilkada nanti, Prabowo effect yang akan lebih dominan,” tuturnya.
Sebelumnya, Litbang Kompas merilis survei mengenai keterkaitan pemilihan calon di Pilkada 2024 dengan Presiden Jokowi. Sebanyak 54,3% masyarakat mempertimbangkan calon yang memiliki hubungan dengan Jokowi.
Survei ini dilakukan pada 27 Mei hingga 2 Juni 2024 melalui wawancara tatap muka. Survei dilakukan terhadap 1.200 responden yang dipilih secara acak dengan metode pencuplikan sistematis bertingkat di 38 provinsi di Indonesia. Tingkat kepercayaan survei ini adalah 95 persen dengan margin of error sekitar 2,83 persen.
Hasil survei menunjukkan:
– Ya, mempertimbangkan: 54,3%
– Tidak mempertimbangkan: 32,9%
– Tidak tahu: 12,7%