Gerakan Intelektual Muslim Menuju Indonesia Emas 2045

- Publisher

Kamis, 26 Januari 2023

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ridho Alamsyah.

Ridho Alamsyah.

Fenomena yang sekarang ini banyak masyarakat khususnya kaum-kaum muda Intelektual yang sudah tidak ada lagi memiliki rasa kecemasan Intelektual, memang itu disebabkan bukan tanpa sebab, banyaknya pembaharuan pembaharuan yang terjadi dikehidupan masyarakat membuat semua hal yang dulunya sulit menjadi mudah, itu dikarnakan canggihnya perkembangan teknologi yang hampir digunakan disemua aspek aktifitas masyarakat.

Di negeri mana saja, masyarakat telah mengalami perubahan perubahan fundamental. Jalannya perubahan ini dimana mana belainan, tetapi disetiap negeri kita dapat melihat energi desak yang sama, yang tidak mengizinkan atau memaksa kita bersikap ragu ragu, Dunia Islam tidak terkecuali dalam hal ini, disini kita lihat pula kebiasaan-kebiasaan dan idea idea lama menghilang dan munculnya kebiasaan dan idea baru. Pertanyaannya, kemana tujuan perkembangan baru ini?, Sejauh mana pencapaiannya?, Sejauh mana kesesuaiinya dengan misi kultural Islam?.

Kalau kita lihat gerakan cendekiawan muslim indonesia khususnya diera pra kolonial ataupun pasca kolonial memiliki garis garis besar pendirian dan pencapaian yang sangat memuaskan, disamping dinamika konfilik yang sangat keras memaksa mereka untuk membuat gagasan untuk kemerdakaan suatu bangsa dan melaksanakan (merealisasikan) gagasan itu menjadi nyata, bukan hanya menyumbangkan gagasan tapi siap siaga untuk berkorban secara fisik. Beberapa tokoh pelopor pertama nasionalisme modern seperti Haji Omar Said Tjokroaminoto dan Haji Agus Salim, dengan bekal perlengkapan metodologi yang mereka peroleh dari sekolah-sekolah Belanda, menunjukkan kemampuan cukup besar untuk memahami esensi komunitas nasional terbuka dan egaliter partisipatif. Tetapi selain mengalami kesulitan dalam usaha menyatakan pokok-pokok pikiran Madinah itu dalam kerangka cara pandang modern dengam idiom-idiom dan jargon-jargonnya sendiri yang relevan, Tjokro dan Salim juga menghadapi kenyataan bahwa tidak ada satu pun negara dalam lingkungan “dunia Islam” yang merupakan wujud kontemporer komunitas nasional terbuka dan egaliter partisipatif. Yang ada ialah justru model-model kekuasaan totaliter, despotik dan zalim, baik yang kerajaan maupun yang secara formal merupakan negara republik. Maka dalam hal “modern national community building”, para tokoh Indonesia tidak melihat contohnya dari yang ada di lingkungan “dunia Islam”, tetapi justru dari yang ada di lingkungan “dunia Barat”. Pendidikan modern telah membantu mereka memahami konsep-konsep nasionalisme modern, yang berlawanan dengan konsep-konsep kekuasaan para raja feodal yang selama ini mereka kenal.

Namun sekarang , kehidupan gerakan intelektual muslim tampak sangat ketinggalan dari kemungkinan kemungkinan ideal yang diberikan dan digambarkan para generasi pendahulu. Padahal segala kemurnian gerakan islam dahulunya merupakan pendorong gerak maju dikalangan kaum intelektual muslim khususnya, tapi sekarang berubah menjadi sikap masa bodoh dan kemacetan, Islam yang dahulunya adalah rahmat telah berubah menjadi kepicikan dan kehidupan seenaknya diantara kamu muslimin.

Baca Juga  Telaah Harmoni Beragama: Peran Rukun Interfaith Leadership di Pamekasan

Membangun Indonesia Masa Depanadalah suatuungkapan yang menyiratkan harapan dan tekad untukmewujudkan keadaan yang sebaik-baiknya, lebih baikdaripada masa sekarang dan masa-masa lalu. Berkenaandengan masalah ini, tetap harus kita sadari bahwa masa lalu, masa sekarang, dan masa depan adalah kontinum ruang dan waktu yang tidak mengenal keterputusan. Mustahil ada masa depan tanpa masa sekarang, dan mustahil ada masa sekarangtanpa masa lalu. Betapapun ber-masalahnya dipandang masa lalu itu, namun ia tetap berpengaruh terhadap masa sekarang. Tetapi masa lalu telah menjadiBuku Tertutup’, merupakansebuah garis ungkul (solid line) yang tidak lagi mungkindiubah. Hikmah dari adanya masa lalu ialah tersedianyakhazanah hikmah, sumber bahan penarikan pelajaran, baikyang positif maupun yang negatif. Dari yang positif kitadapat memperoleh bahan akumulasi pengalaman untukmembangun keadaan baru yang lebih baik. Dan dari yang negative kita dapat menghindarkan diri dari kemungkinanterperosok ke dalam satu lubang untuk kedua, ketiga, keempat, kalinya, dan seterusnya. Masa depan adalahbagaikan buku yang masih terbuka, merupakan sebuah garisterputus-putus (broken line) yang menunggu dan menuntuttanggung jawab para pelaku sejarah dan seluruh masyarakatuntuk mengisi dan membangunnya.

Kesulitan mengisi dan membangun masa depan itu muncul karena masa sekarang selalu merupakan kelanjutan langsung masa lalu sekaligus wujud nyata tindakan masyarakat bagaimana mewujudkan keadaan sebaik-baiknya berdasarkan persepsi mereka tentang masa lalu, yang positif dan yang negatif, yang benar dan yang salah, dan pemahaman masyarakat tentang apa yang terbaik untuk masa sekarang itu sendiri. Persoalan timbul karena persepsi tentang masa lalu dan pemahaman tentang apa yang terbaik untuk masa sekarang itu tidak selamanya tepat, karena senantiasa terancam oleh kerjanya ‘tyranny of vested interest’. Dengan kata lain, semuanya itu tidak selamanya lepas dari dikte kepentingan pribadi dan golongan. Kuatnya ‘vested interest’ itu membuat kuatnya ‘social inertia’ untuk menghambat perubahan.

Maka dari itu, membangun masa depan tidak bisa lain daripada tekad bulat menarik pelajaran dari masa lalu dengan penuh ketulusan dan keikhlasan, mengatasi kepentingan golongan dan diri sendiri, memusatkan perhatian kepada usaha mencapai tujuan mewujudkan kebaikan untuk semua, seluruh anggota masyarakat dan warga negara, memenangkan peperangan (winning the war) sekalipun mungkin harus kalah dalam pertempuran (losing the battle), dalam arti kesediaan menanggung kerugian kecil, jangka pendek dan bersifat sementara untuk diri sendiri, keluarga, kerabat dan golongan sendiri. Suatu tekad yang dilandasi keyakinan ‘jer basuki mawa bea’, tidak ada keberhasilan tanpa jerih payah, tidak ada Hari Raya tanpa berpuasa, ‘no pains no gains’. Jadi memerlukan kemurnian yang berdimensi metafisis. Tentang komitmen metafisis ini, dari antara negara- negara modern, contohnya ialah Amerika Serikat. Sekalipun negara itu sering dipandang sebagai negara sekuler demokratis, namun para pendirinya banyak mengembangkan gagasan mereka berdasarkan  ajaran dalam Deisme, Unitarianisme dan Universalisme. Mereka percaya kepada God of Nature, Nature’s God, Divine Providence, dan seterusnya, dan menggunakan logo ‘In God we trust’ (Kami beriman kepada Tuhan). Paraahli mengatakan bahwa menghilangkan segi Ketuhanan dalam sistem nilai Keamerikaan berarti menghilangkan makna revolusi Amerika itu sendiri dan merobohkan seluruh bangunan Keamerikaan.

Baca Juga  Upaya Mahasiswa Jaga Keutuhan Demokrasi: Cerdas Memilih, Tolak Doktrinasi Politik

Sekarang mari kita lihat bagaimana negara saat ini sudah menggagas bagaimana indonesia kedepan secaran peradaban masyarakatnya, pertanyannya apa itu             “Indonesia Emas 2045, sedikit saya jelaskan bagaimana visi Indonesia Emas 2045. Indonesia akan mengalami usia emas pada tahun 2045. Pada saat itu, Indonesia genap berusia 100 tahun alias satu abad. Di masa itu, ditargetkan Indonesia sudah menjadi negara maju dan telah sejajar dengan negara adidaya. Momentum bersejarah tersebut memang masih sekitar saperempat abad lagi. Namun untuk mewujudkannya butuh persiapan yang matang sejak jauh-jauh hari. Sumber daya manusia Indonesia harus unggul, berkualitas, dan memiliki karakter. 

Pertanyaan selanjutnya, Masih lama Kok dipikirkan sekarang?. Betul memang, Indonesia 2045 memang masih 25 tahun lagi. Namun, pada dasarnya bibit-bibit unggul itu sudah ada dari sekarang. Anak-anak kecil maupun yang baru lahir tahun ini sudah berada di sekeliling kita. Merekalah yang akan memimpin bangsa ini di tahun 2045 kelak. Di tangan mereka yang masih bayi dan anak-anak sekarang inilah, masa depan dan nasib bangsa ini dipertaruhkan. Ledakan kelahiran yang diperkirakan membludak pada tahun ini dan tahun 2021 karena situasi pandemi ini menjadi hal yang perlu diberikan perhatian khusus. Bayi lahir pada tahun tersebut akan menjadi penduduk berusia produktif pada 2045 mendatang. Pada tahun 2045, Indonesia akan mendapatkan bonus demografi yaitu jumlah penduduk Indonesia 70%-nya dalam usia produktif (15-64 tahun), sedangkan sisanya 30% merupakan penduduk yang tidak produktif (usia dibawah 14 tahun dan diatahs 65 tahun) pada periode tahun 2020-2045.

Jika bonus demografi ini tidak dimanfaatkan dengan baik akan membawa dampak buruk terutama masalah sosial seperti kemiskinan, kesehatan yang rendah, pengangguran, dan tingkat kriminalitas yang tinggi. Melihat dari fakta yang akan dihadapi Indonesia tersebut bonus demografi memang tidak bisa dihindari. Gambaran konsepsi tentang visi Indonesia Emas 2045 yang saya paparkan tadi adalah fakta yang sedang dilaksakana pemerintah Indonesia.

Baca Juga  Kisah Sang Maestro, Dalang di Balik Layar Politik Wakanda

Posisi para pemikiran Islam dalam agenda perubahan ini sangat berpengaruh dalam menyumbangkan dan berkontribusi untuk supaya turut andil dalam gerakan perubahan yang serba cepat ini, jangan sampai kita menjadi penonton yang tertarik tanpa pernah memiliki keterlibatan. Padahal dalam Al Qur’an sendiri Allah SWT telah menyerukan umatnya untuk survive dan peka terhadapan setiap aspek perubahan yang terjadi dikehidupan, sedikit saya kutip perintah Allah kepada Umatnya Afala yatadabbarun QS. 4:82 (Apakah kamu tidak merenungkan), Afala ta’qilun QS.1;44 (Apakah kamu tidak mempunyai akal) & Afala tafakkarun QS.6;50 (Apakah kamu tidak berpikir), seruan dari Allah tersebut merupakan pengingat bagi kita bahwsanya semua hal yang terjadi ataupun yang diperhadapkan dikehidupan harus betul betul dirasakan, dipikiran dengan akal yang sehat, sehingga kita sebagai calon pemimpin muda tidak stagnan dalam melaksanakan perubahan dengan tidak meninggalkan hal hal kultural yang baik dalam Islam.

Bagi kita yang memandang Nabi Muhammad Saw sebagai “The last Propheth”, pasti memandang Islam bukan hanya masalah sikap spritual, tetapi merupakan satu orbit yang lengkap dan satu sistem perabahan modern dalam hal kemasyarakatan dengan pandangan-pandangan yang mempunyai batasan yang terang. Oleh sebab itu nilai Islam yang sudah diamalkan oleh kejayaan para cendekiawan dan pemimpin sebelumnya bisa dijadikan riset bagi kita yang hidup di era perkembangan teknologi ini dalam bejihad dijalan Allah.

Terakhir yang ingin saya sampaikan, mengutip apa yang disampaikan HOS TJOKROAMINOTO dalam bukunya Muslim National Odewijs ; Langkah awal yang harus kita laksanakan membentuk pribadi muslim, melalui pelatihan otak, menamkan semangat kemerdakaan dan keberanian patriotik, siap dengan apapun perubahan yang terjadi didunia Barat dan Islam membiasakan berbuat baik, dan hidup sederhana”. Semoga pikiran dan renungan yang saya curahkan dalam tulisan ini bisa menjadi titik awal membangkitkan semangat kita semua khsusunya buat saya dalam melakukan kontribusi besar demi mewujudkan “Indonesia Emas 2045” buat bangsa Indonesia yang multikultural ini.

*) Ridho Alamsyah – Calon Ketua Umum SEMMI

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi suaranet.id

Berita Terkait

RS Larasati Pamekasan Sukses Gelar Pelatihan K3 untuk Tingkatkan Keselamatan Kerja
Khitan Massal Gratis Pamekasan Sukses Layani Ratusan Anak
Wiranto Resmikan Becak Listrik PBLI di Bali, Dorong Pariwisata Ramah Lingkungan
Gagal Produktif Karena Jam Koma? Gen Z Harus Tahu Cara Mengatasinya
Jangan Lewatkan! Inilah Rangkaian Acara Hari Jadi Pamekasan ke-494
Upaya Mahasiswa Jaga Keutuhan Demokrasi: Cerdas Memilih, Tolak Doktrinasi Politik
Keutamaan Memuliakan Orang Tua Menurut Islam
Tonjolkan Pemasaran Jitu, Roti Aoka ini Epic Comeback Usai Dituding Mengandung Pengawet

Berita Terkait

Kamis, 21 November 2024 - 15:38 WIB

RS Larasati Pamekasan Sukses Gelar Pelatihan K3 untuk Tingkatkan Keselamatan Kerja

Minggu, 3 November 2024 - 14:13 WIB

Khitan Massal Gratis Pamekasan Sukses Layani Ratusan Anak

Kamis, 31 Oktober 2024 - 10:18 WIB

Wiranto Resmikan Becak Listrik PBLI di Bali, Dorong Pariwisata Ramah Lingkungan

Rabu, 23 Oktober 2024 - 12:31 WIB

Gagal Produktif Karena Jam Koma? Gen Z Harus Tahu Cara Mengatasinya

Minggu, 20 Oktober 2024 - 14:27 WIB

Jangan Lewatkan! Inilah Rangkaian Acara Hari Jadi Pamekasan ke-494

Berita Terbaru

Dok. Zainul Arief, S.Pd Mahasiswa Lulusan IAI Al-Khairat Pamekasan

Opini

Mental Health, Hustle Culture, dan Cara Gen Z Bertahan

Senin, 2 Des 2024 - 13:44 WIB

Dok. Istimewa

Berita

Kongkalikong dengan Jokowi, PDIP Resmi Pecat Effendi

Minggu, 1 Des 2024 - 21:27 WIB