SUARANET, YOGYAKARTA – GUSDURian Yogyakarta menggelar kajian perdana tentang kesetaraan gender. Kajian tersebut bertajuk “Gus Dur dan Kebijakan Ramah Perempuan”, yang bertempat di Joglo Sekretariat Nasional GUSDURian, Jumat (25/11/22).
Ashilly Achidtsi selaku pemantik menjelaskan bahwa perspektif gender KH. Abdurahman Wahid (Gus Dur) dipengaruhi oleh dua faktor sebagai karangka pikir tentang gender.
“Mindset Gus Dur dipengaruhi dua faktor, yakni lingkungan dan keluarga. Karena pernah nyatri, bahkan menjelajahi ilmu pengetahuanya sampai ke Barat, maka dari situ perspektif gender Gus Dur dipengaruhi,” jelas Hilly sapaan akrabnya.
Disamping itu, ia juga mengatakan tidak setuju apabila pemaknaan gender selalu dinarasikan kesetaraan secara fisik.
“Makanya saya kurang setuju apabila gender selalu dimaknai bahwa perempuan harus juga bisa bekerja seperti lelaki, misal angkat galon,” jelasnya.
Jadi jangan memaknakan gender demikian, lanjutnya, karena menurut ia gender yang dimaksud adalah bagaimana perempuan bisa memiliki kesempatan, serta akses yang sama dalam pendidikan, ekonomi dan ruang publik.
Sementara itu, koordinator GUSDURian Yogyakarta, Ahmad Wasil Mustofa mengatakan untuk kajian tersebut dilaksanakan setiap seminggu sekali.
“Kegiatannya memang rutin setiap hari Jumat, namun untuk tema yang dibahas selalu menyesuaikan momen. Jadi kalau momentum hari anti kekarasan terhadap perempuan, iya kami bahas perihal itu, seperti isu gender kali ini,” pungkasnya.
Jadi kegiatan ini terbuka umum, lanjutnya, bukan hanya terbatas bagi penggerak GUSDURian. “Semua latar belakang boleh ikut, mahasiswa, siswa, bahkan dosen sekalipun,” tandasnya.