Surabaya, SuaraNet – Pulau Madura menjadi salah satu kunci kemenangan dalam Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jawa Timur. Angka golput di pulau tersebut relatif rendah, karena partisipasi pemilih di Tempat Pemungutan Suara (TPS) juga cukup tinggi.
Menurut Pengamat Politik dari Universitas Trunojoyo Madura (UTM), Surokim Abdussalam, pelaksanaan pemilihan umum sebelumnya menunjukkan bahwa peran politik Madura kemungkinan besar akan tetap signifikan, dengan potensi adanya konfigurasi baru terkait distribusi dan dinamika suara.
Ia menjelaskan bahwa dukungan pemilih di Madura sering dipengaruhi oleh patron atau tokoh lokal, yang mengakibatkan tingginya mobilitas pemilih di berbagai daerah. Kandidat di Pilgub Jawa Timur 2024 diharapkan dapat memanfaatkan situasi ini dengan mendekati para tokoh lokal untuk mendapatkan dukungan.
“Dukungan di Madura dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk faktor kultural dan struktural. Faktor kultural mencakup peran kuat tokoh lokal sebagai pemegang pengaruh di kawasan tersebut,” ucapnya.
“Sementara faktor struktural, seperti pengawasan pemilihan di luar kabupaten yang masih lemah, tidak dianggap penting karena tidak langsung terkait dengan kepentingan tokoh lokal,” lanjutnya.
Menurutnya, peran tokoh lokal sangat menentukan dalam mendapatkan dukungan dari tiga juta pemilih di Madura. Distribusi suara seringkali tidak dapat diprediksi dengan tepat oleh survei karena adanya anomali dalam situasi politik, yang bisa memberikan dampak signifikan dalam jumlah suara.
Pentingnya pemilih Madura juga tercermin dalam Pilgub Jawa Timur 2018, di mana pasangan Khofifah – Emil Dardak menang mutlak di tiga kabupaten Madura dengan perolehan suara 1.192.257, sementara pasangan lawannya, Saifullah Yusuf – Puti Guntur Soekarno, hanya memperoleh 760.786 suara dan menang di Bangkalan saja.
“Tinggal melihat bagaimana respons dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), karena kemungkinan PKB akan mengusung calonnya sendiri setelah partai lainnya mendukung Bu Khofifah,” jelasnya.
Dosen dan pengamat politik yang dipanggil akrab surokim ini juga menyoroti perbedaan besar antara Khofifah dan kelompok militan PKB. Ini memperbesar kemungkinan PKB akan mengusung calonnya sendiri dalam Pilgub Jawa Timur.
“Pilgub Jawa Timur tidak hanya sekadar pertarungan kemenangan dan kekalahan, tapi juga bisa menjadi ajang untuk memperkuat harga diri antar kelompok, seperti persaingan antara kelompok Cak Imin dan Khofifah,” pungkasnya.
Penulis : Fahrur Rozi
Editor : Umarul Faruk