Pamekasan, SuaraNet – Ketua Forum Wartawan Pamekasan (FWP), Ongky Arista Ujang Arisandi, mengecam keras framing “buta” yang disematkan pada Nenek Bahriyah dalam beberapa pemberitaan media massa. Framing tersebut dianggapnya keliru dan menyesatkan publik.
“Saya resah melihat proses akurasi berita dikemas, terutama dalam kasus Bahriyah yang disebut ‘buta’ dalam judul berita. Setelah saya telusuri, Bahriyah tidak buta. Dia masih bisa melihat,” tegas Ongky dalam rilisnya, Jumat (29/4/2024).
Ongky menuturkan, berdasarkan hasil penelusurannya, Nenek Bahriyah (61) tidak buta secara total. Ia masih bisa melihat, meskipun menderita katarak.
Bukti-bukti yang menunjukkan bahwa Nenek Bahriyah tidak buta antara lain: Video Nenek Bahriyah sedang melipat baju. Konfirmasi dari wartawan TV MNC Deddy dan K-TV Romlah yang menyatakan bahwa Bahriyah bisa melihat. Konfirmasi dari anak Bahriyah bernama Fauzi yang mengatakan bahwa ibunya masih bisa melihat, meskipun menderita katarak. Analisis gerak mata Nenek Bahriyah oleh dokter spesialis mata menunjukkan bahwa ia tidak mengalami kebutaan.
Ongky juga menegaskan bahwa pernyataan penyidik bahwa Bahriyah tidak buta mengacu pada kondisi saat Bahriyah diperiksa oleh Polres Pamekasan dalam kasus pemalsuan dokumen SPPT PBB/NOP.
“Kata ‘buta’ pada judul di sejumlah berita tentang Bahriyah telah memicu perdebatan dan mengaburkan fakta. Framing ‘buta’ telah mengetengahkan apa yang tidak benar menjadi viral dan diadopsi sebagai kebenaran,” kritiknya.
Oleh karena itu, Ongky mendesak media yang menulis berita tersebut untuk melakukan koreksi dan kembali menggali fakta yang sesungguhnya.
“Media memiliki tugas wajib untuk mengoreksi setiap karya jurnalistik yang keliru mengangkat fakta. Kata ‘buta’ telah mendudukkan yang kurang benar menjadi benar,” tandasnya.