Pamekasan, SuaraNet—Bagaimana jika karya sastra dan seni rupa ditilik dalam tarikan napas yang sama? Demikianlah Hyphen, sebuah lembaga seni di Yogyakarta memperkarakan seluruh hasil kerja seniman serbabisa Danarto, termasuk karya-karya pertunjukannya. Riset atas karya-karya Danarto tersebut Hyphen, salah satunya, presentasikan di majelis Koloman Budaya 83 yang diinisiasi Sivitas Kotheka dan Lembana Artgroecosystem.
Acara bulanan tersebut diselenggarakan di Kafe Manifesco di Jalan Raya Jalmak pada Sabtu (11/05) pukul 19.00 hingga 22.00 WIB. “Setangkai Melati di Tangan Danarto: Semesta Rupa dan Fiksi Danarto (1940-2018)” merupakan tajuk yang diangkat Koloman Budaya kala itu. Judul itu dipaparkan lima peneliti Hyphen, antara lain Akmalia Rizqita, Andri Setiawan, Grace Samboh, Rachel K. Surijata, dan Ruhaeni Intan.
“Hyphen sendiri didirikan sebagai ruang yang berikhitiar mempercakapkan peristiwa-peristiwa estetika masa silam dan kesinambungannya dengan masa kini,” ucap Royyan Julian yang memandu diskusi ketika memperkenalkan profil singkat Hyphen. “Namun, lembaga ini memperluas geografi kerjanya ke wilayah kegiatan-kegiatan seni lainnya, seperti pengarsipan, penelitian, dan pameran.”
Di acara diskusi yang kebanyakan dihadiri mahasiswa sastra dan pegiat seni itu, para penggawa Hyphen mewedarkan kekayaan karya-karya multigenre seniman Jawa tersebut. “Selain belajar seni rupa di Institut Seni Yogyakarta, Danarto adalah seorang ‘konsumen agung’. Maka, tidak heran jika ia bisa menciptakan beragam karya seni meskipun lebih kerap dikenal sebagai seorang sastrawan,” tukas salah satu anggota Hyphen. Selain itu, yang unik, menurut Hyphen, karya-karya Danarto seperti sastra dan pertunjukan berangkat dari gambar terlebih dahulu karena basis keseniannya memang seni rupa.
Lahir pada 1941, Danarto hidup pada situasi banyak perang, mulai perang di dalam negeri maupun perang di luar Indonesia. Saat ini Hyphen sedang menyiapkan sembilan cerpen Danarto yang khusus menarasikan konflik Palestina-Israel dan akan diterbitkan Gang Kabel. Itu artinya, daku Hyphen, selain masalah-masalah dalam negeri, Danarto juga punya perhatian terhadap persoalan yang melanda dunia, khususnya Palestina.
Riset atas karya-karya Danarto telah berlangsung selama delapan tahun dan tidak tahu akan berakhir kapan. Selain karya-karya Danarto, Hyphen juga meneliti karya sejumlah seniman lainnya. Ketika ditanya apa motif penelitian atas karya seniman-seniman tersebut, mereka menjawab, “Karena penasaran aja.”
*) Samroni adalah mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Madura.
Penulis : Samroni