Muhasabah – Desember. Udara kian sejuk, angin membawa bisikan perpisahan, dan kalender pun memamerkan lembar terakhirnya.
Di penghujung tahun ini, tak elok rasanya jika kita hanya disibukkan dengan hiruk pikuk pesta dan kembang api.
Ada ritual sunyi yang jauh lebih berharga, yakni muhasabah, menengok kembali ceruk-ceruk jiwa, melapangkan ruang-ruang hampa, dan meluruskan langkah yang sempat oleng.
Bayangkan, kita bagai pelaut yang baru saja merampungkan pelayaran panjang.
Layar terkembang, ombak diterjang, badai dihadapi. Kini, kapal kita bersandar tenang di pelabuhan akhir tahun.
Saatnya menurunkan jangkar introspeksi, memeriksa kemudi tekad, dan membersihkan dek dari lumut-lumut kealpaan.
Muhasabah bukanlah ajang untuk mencambuk diri dengan disesal. Ia bukan pula perlombaan pamer kebaikan.
Ini semata pelukan kesadaran, ruang hening untuk berdialog dengan hati, menelisik tiap helai benang perbuatan sepanjang tahun.
Mulai dari lembar pertama kalender, mari kita telusuri jejak langkah. Adakah langkah yang mantap di jalan kebaikan? Pernahkah kita menebar senyum dan menyingkirkan duka? Atau, jejak kaki kita tercetak noda khilaf, terseret arus keegoisan, dan terjebak dalam kelalaian?
Jangan takut menyelami kedalaman. Akui saja jika asa pernah redup, semangat melemah, dan iman tergoda. Di kedalaman itulah justru mutiara kesadaran bersinar.
Dari pengakuan dosa, lahir tekad untuk memperbaiki. Dari penyesalan yang tulus, tegak langkah untuk kembali ke jalan lurus.
Muhasabah tak melulu soal hitam dan putih. Ada pelangi warna-warni pengalaman yang menghiasi perjalanan kita.
Kenang kembali tawa lepas bersama keluarga, haru membuncah kala menolong sesama, dan syukur yang merekah saat mimpi terwujud. Biarkan pelangi itu mewarnai lembar evaluasi kita, pengingat bahwa hidup ini anugerah yang patut disyukuri.
Kini, kita berdiri di ambang tahun baru. Lembar pertama kalender masih kosong, menanti goresan tinta tekad dan harapan.
Sebelum melangkah, yuk ikat janji dengan diri sendiri. Akan kita isi lembar-lembar itu dengan tinta kebaikan, coretan keikhlasan, dan lukisan cita-cita yang mulia.
Mari jadikan muhasabah akhir tahun ini momentum untuk menyegarkan jiwa. Buanglah beban penyesalan, pupuklah benih tekad, dan siramilah dengan air mata kesadaran.
Dengan jiwa yang lapang dan semangat yang baru, kita siap menyambut tahun baru dengan pelukan terbuka, melangkah tegap menuju horizon harapan.
Tak perlu pesta pora untuk merayakan pergantian tahun. Cukup heningkan sejenak hati, dekap erat muhasabah, dan biarkan jiwa bersemi kembali.
Di penghujung waktu ini, mari muhasabah, agar kita melangkah memasuki tahun baru dengan diri yang lebih baik, hati yang lebih jernih, dan langkah yang lebih mantap.
Selamat menyambut tahun baru, kawan. Semoga lembaran-lembarannya terisi kebaikan, dan semoga kita semua menjadi insan yang lebih bermakna di mata Sang Pencipta.